MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

January 1, 2015

Asal Usul Sejarah Tiup Terompet, Kembang Api Tahun Baru

Baca Artikel Lainnya

Kebiasaan sebagian ummat Islam yang masih kurang ilmu terhadap agamanya, bahkan ada juga yang sudah tahu ilmunya dan ikut-ikutan merayakan Tahun baru mengajari anak-anak yang masih kecil maupun remaja budaya tersebut, menanti pergantian hari ditengah malam, pacaran,  aksi meniup terompet, menyalakan petasan dan kembang api, berkumpul/konvoi di jalanan, membakar ikan, jagung, kegiatan hura-hura,  berjoget-joget, ada juga yang berzina pada malam tersebut yang dikhususkan untuk memperingati pergantian tahun, mengadakan pertunjukan musik. Kencing sembarangan sehingga bau pesing, lalu membuang sampah sembarangan yang akhirnya membuat susah para petugas kebersihan,, Naudzubillah..

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
(Q.S. Lukman Ayat 17)


Tahukah anda bahwa Tradisi meniup terompet ini pada mulanya merupakan cara orang-orang kuno untuk mengusir setan. Orang-orang Yahudi dahulu melakukan hal itu sebagai kegiatan ritual yang dimaknai sebagai gambaran ketika Tuhan menghancurkan dunia. Mereka melakukan ritual meniup terompet ini pada waktu perayaan tahun baru Yahudi, Rosh Hashanah, yang berarti “Hari Raya Terompet” pada tahun baru Taurat. Rosh Hashanah (Hebrew: רֹאשׁ הַשָּׁנָה , literally "head of the year") is the Jewish New Year.
(bahasa Ibrani: ראש השנה)

Bentuk terompet yang melengkung melambangkan tanduk domba yang dikorbankan dalam peristiwa pengorbanan Isaac (Nabi Ishaq dalam tradisi Muslim). Hal ini sangat berbeda dengan ajaran Islam yang menetapkan bahwa Nabi Ismail-lah, saudara Nabi Ishaq, yang diminta Allah untuk dikorbankan.
Bunyi terompet yang bersahut-sahutan biasanya belum lengkap jika tidak diikuti dengan pesta petasan dan kembang api. Sebagaimana membunyikan trompet, tradisi ini merupakan ritual untuk mengusir setan di dalam tradisi bangsa Cina. Selain itu, petasan juga dipercaya dapat mendatangkan keberuntungan.


“Orang-orang Romawi mendedikasikan hari perayaan Tahun Baru kepada Janus, dia adalah dewa segala pintu gerbang, pintu-pintu dan permulaan waktu yang mana namanya juga adalah nama dari bulan pertama dalam setahun, Januari. Setelah Julius Caesar menyusun sistem kalendar (Masehi) pada 46 BC dan ia dibunuh setelah itu, anggota Senat Romawi memutuskan untuk meresmikannya pada 1 Januari 42 BC untuk mengenang hidup Julius Caesar dan menghormati penyusunannya terhadap sistem kalender baru yang rasional. Bulan pertama didedikasikan pada nama dewa Janus yang mempunyai 2 wajah, 1 menghadap ke depan (mengindikasikan masa depan, pent) dan 1 menghadap ke belakang (mengindikasikan masa lalu, pent). Ini mengindikasikan perayaan Tahun Baru didirikan atas dasar kepercayaan pagan.”


  • January: Janus, Roman god of doors, beginnings, sunset and sunrise, had one face looking forward and one backward, 
  • February: On February 15 the Romans celebrated the festival of forgiveness for sins; (februare, Latin to purify),
  • March: Mars, the Roman god of war,
  • April: Roman month Aprilis, perhaps derived from aperire, (Latin to open, as in opening buds and blossoms) or perhaps from Aphrodite, original Greek name of Venus,
  • May: Maia, Roman goddess, mother of Mercury by Jupiter and daughter of Atlas,
  • June: Juno, chief Roman goddess,
  • July: Renamed for Julius Caesar in 44 BC, who was born this month; Quintilis, Latin for fifth month, was the former name (the Roman year began in March rather than January),
  • August: Formerly Sextilis (sixth month in the Roman calendar); re-named in 8 BC for Augustus Caesar,
  • September: September, (septem, Latin for 7) the seventh month in the Julian or Roman calendar, established in the reign of Julius Caesar,
  • October: Eighth month (octo, Latin for 8) in the Julian (Roman) calendar. The Gregorian calendar instituted by Pope Gregory XIII established January as the first month of the year,
  • November: Ninth Roman month (novem, Latin for 9). Catholic countries adopted the Gregorian calendar in 1582, skipping 10 days that October, correcting for too many leap years,
  • December: Julian (Roman) year's tenth month (decem, Latin for 10).

Saturn was the Roman god of time, harvest and agriculture. The Saturnalia was one of the major, and the most popular, Roman festival and was held in honor of the god, starting on December 17, and lasting for seven days. Saturnalia was a Winter Solstice Ritual, based on an ancient, pagan practice. The festival of Saturnalia was a period of unrestrained license and merriment for all classes, extending even to the slaves. Merrymaking, feasting, drunkenness, jokes, pranks, symbolic role reversals and gift giving were all part of the festival. December 23 was the day of gift-giving. The popularity of Saturnalia continued as the Roman Empire came under Christian rule and is said to have have influenced the seasonal celebrations surrounding Christmas and the New Year.
New Year's is one of the oldest and most universal of all pagan TRADITIONS! The custom of celebrating it has remained essentially unchanged for 4,000 years!
 "There is scarcely a people, ancient or modern, savage or civilized," writes Theodor H. Gaster, in his definitive book "New Year", "which has not observed it ... in one form or another. Yet no other festival has been celebrated on so many different dates or in so many seemingly different ways."

Following the first new moon after the vernal equinox in late March, the Babylonians of ancient Mesopotamia would honor the rebirth of the natural world with a multi-day festival called Akitu. This early New Year’s celebration dates back to around 2000 B.C., and is believed to have been deeply intertwined with religion and mythology. During the Akitu, statues of the gods were paraded through the city streets, and rites were enacted to symbolize their victory over the forces of chaos. Through these rituals the Babylonians believed the world was symbolically cleansed and recreated by the gods in preparation for the new year and the return of spring.

Perayaan Tahun Baru Zaman Raja Fira'un

Wepet Renpet Dalam bahasa Mesir Kuno, Renpet adalah sebutaan bagi tahun. Hierografnya merupakan gambaran seorang wanita mengenakan pucuk Palma (yang mewakili waktu) diatas kepalanya. Figuratif wanita ini sering dirujuk sebagairatu keabadian

Peradapan Mesir telah ada lebih 3,000 tahun dan perkembangan agama di Mesir kuno telah membantu mewujudkan banyak dewa dewi yang disembah bagi dan berbagai upacara keagamaan


Penandaan masuknya pergantian tahun baru di mesir ditandai dengan terlihatnya bintang sirius (bintang paling terang). Menurut penulis Romawi Censorinus, fenomena munculnya bintang Sirius tampak pada bulan Juli setelah 70 hari tidak terlihat dan bersamaan dengan naiknya sungai Nil tiap tahunnya.

Wepet Renpet menurut sejarahnya memiliki arti ‘permulaan tahun baru’. Rakyat Mesir kuno percaya bahwa tahun baru adalah bentuk kelahiran kembali, sehingga merayakannya merupakan sebuah kegiatan sakral yang kemudian berhubungan dengan tradisi ritual keagamaan khusus.



Nama Dewa Janus tidaklah asing dalam kesusasteraan paganisme. Ia adalah sembahan kaum penyembah syaitan sejak zaman Yunani kuno. Sejarah pemuliharaan budaya penyembah syaitan ini pun sudah ada semenjak zaman Hermaic (3600 SM) dan dikawal oleh kumpulan paganisme Freemason. Freemason sengaja menyuburkan budaya ini agar manusia bertauhid mampu mengalihkan perhatiannya dari agama kearah penyembahan satanisme.



Papal medal of Pope Gregory XIII, designed by L Parm, dated 1582, marking the year of the Gregorian calendar reform. On the reverse of the medal is a ram's head (the Egyptian supreme god Amun, identified with the sun god Ra and in Greek and Roman times with Zeus and Jupiter under the name Ammon) inside a winged dragon uroboros, an emblematic serpent of ancient Egypt and Greecea, a  Gnostic and alchemical symbol. 


Maka jika kita melihat perayaan tahun baru, maka di situlah kita dapat melihat nilai-nilai Yahudi di dalamnya. Meniup trompet misalnya, terompet adalah alat ciptaan Yahudi. Budaya meniup trompet ini merupakan budaya masyarakat Yahudi ketika menyambut kedatangan Rosh Hasanah atau tahun baru Taurat yang jatuh pada bulan ketujuh atau tarikh 1 bulan Tishri dalam kalendar Ibrani kuno.
Hal ini pun terpampang dalam Alkitab Imamat 23; 24

“Katakanlah kepada orang-orang Isra’el, begini: Dalam bulan yang ketujuh, pada tanggal satu bulan itu, kamu harus mengadakan hari cuti penuh yang diperingati dengan meniup terompet, yakni hari pertemuan kudus” (Imamat 23:24)

Pada malam tahun baru, masyarakat Yahudi melakukan muhasabah diri dengan tradisi meniup shofarot sebuah alat musik jenis trompet. Bunyi Shofarot adalah sama bunyinya dengan terompet kertas yang dibunyikan kebanyakan penyambut di malam Tahun Baru.
Sebenarnya Shofarot sendiri dikategorikan sebagai trompet. Terompet sudah ada sejak tahun 1500 sebelum Masehi.



Kalender Romawi kuno menggunakan tanggal 1 Maret sebagai Hari Tahun Baru. Belakangan, orang Romawi Kuno menggunakan tanggal 1 Januari sebagai awal tahun yang baru. Pada Abad Pertengahan, kebanyakan negara-negara Eropa menggunakan tanggal 25 Maret, hari raya umat Kristen yang disebut Hari Kenaikan Tuhan, sebagai awal tahun yang baru. Hingga tahun 1600, kebanyakan negara-negara Barat telah menggunakan sistem penanggalan yang telah direvisi, yang disebut kalender Gregorian.



In the 16th century, Pope Gregory XIII made several adjustments to the calendar. This resulted in his decree that the Julian calendar would end on Oct. 4, 1582 and that the next day would be Oct. 15, 1582 - the beginning of the Gregorian calendar. The United Kingdom continued using the Julian calendar until Sept. 2, 1752, when it was declared that the next day would be Sept. 14, 1752 (in the Gregorian calendar). Papal using the Julian calendar until Oct. 4, 1582, when it was declared that the next day would be Okt. 15, 1582 (in the Gregorian calendar). Russian using the Julian calendar until Feb. 1, 1918, when it was declared that the next day would be Feb. 14, 1918 (in the Gregorian calendar)



Kalender yang hingga kini digunakan itu menggunakan 1 Januari kembali sebagai Hari Tahun Baru. Inggris dan koloni-koloninya di Amerika Serikat ikut menggunakan sistem penanggalan tersebut pada tahun 1752. Kebanyakan orang memperingati tahun baru pada tanggal yang ditentukan oleh agama mereka. Tahun baru umat Yahudi, Rosh Hashanah, dirayakan pada bulan September atau awal Oktober. Umat Hindu merayakannya pada tanggal-tanggal tertentu. 

Sebelum berlakunya kalender Gregorian, bangsa Eropa di abad pertengahan umumnya menjadikan tanggal 25 Maret sebagai awal tahun baru. Mereka menyebut hari ini The Feast of Armounciarion, “Hari Raya Pemberitahuan”. Di dalam tradisi Kristen, tanggal ini dipercaya sebagai hari saat Bunda Maria didatangi Jibril yang memberitahukannya bahwa ia akan melahirkan seorang anak Tuhan.


Setelah diperkenalkan kalender Gregorian pada tahun 1582, secara bertahap kerajaan-kerajaan di Eropa merayakan tahun baru setiap tanggal 1 Januari. Kalender Gregorian ini disebut juga kalender Kristen karena menjadikan kelahiran Yesus sebagai tanggal pertama dari kalender tersebut. Meski demikian, kapan persisnya kelahiran Yesus masih menjadi perdebatan di kalangan umat Kristiani. Namun yang jelas, pembuatan kalender ini terkait dengan kepentingan religius di dalam agama Kristen. Sebagai contoh, penetapan hari Minggu (Sunday) sebagai hari libur. Hari ini merupakan hari khusus untuk berkhidmat kepada Tuhan dalam tradisi Kristen, menggantikan hari Sabtu yang lazim dalam tradisi Yahudi. Semenjak itulah mereka mengikuti kalender Julian yang berubah menjadi kalender Masehi alias kalender Gregorian.


asalnya meniup terompet saat tahun baru? Tradisi meniup terompet ini pada mulanya merupakan cara orang-orang kuno untuk mengusir setan. Orang-orang Yahudi belakangan melakukan hal itu sebagai kegiatan ritual yang dimaknai sebagai gambaran ketika Tuhan menghancurkan dunia. Mereka melakukan ritual meniup terompet ini pada waktu perayaan tahun baru Yahudi, Rosh Hashanah, yang berarti “Hari Raya Terompet”, yang biasa jatuh pada bulan September atau Oktober.


Selain untuk perayaan tahun baru, terompet juga dipakai oleh bangsa Yahudi memanggil masyarakatnya berkumpul untuk melaksanakan ibadah di tempat ibadah mereka yang bernama sinagoge. Artinya terompet tersebut merupakan ritual serta simbol keagamaan masyarakat Yahudi dalam merayakan malam tahun baru.




Umat Islam menggunakan sistem penanggalan yang terdiri dari 354 hari setiap tahunnya. Karena itu, tahun baru mereka jatuh pada tanggal yang berbeda-beda pada kalender Gregorian tiap tahunnya.

Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada zaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari. Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala:

Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.
- Q.S At Taubah(9):36 -


ASAL USUL SEJARAH MENYALAKAN PETASAN ATAU KEMBANG API


Zhurong (Tionghoa: 祝融; Pinyin: Zhù​róng), Fire of God yang juga dikenal dengan nama Chongli (Tionghoa: 重黎; Pinyin: Chónglí), merupakan salah satu figur penting dalam mitologi dan kepercayaan tradisional Tionghoa. Menurut Huainanzi dan naskah-naskah filosofi Mo Tzu beserta para pengikutnya, Zhurong adalah dewa api dan arah selatan. Sementara itu, Shan Hai Jing memberikan genealogi berbeda untuk Zhurong, bahwa dirinya merupakan keturunan dari Kaisar Yan dan Kaisar Kuning. Sebagian sumber mengaitkan Zhurong dengan beberapa mitologi kuno Tiongkok, seperti mitologi banjir besar Gun-Yu dan Nuwa; dalam hal ini ia muncul bersama dengan Gong Gong.




Mitologi Tiongkok dipercaya, setidaknya meskipun sebagian, sebagai catatan sejarah yang sebenarnya. Kisah-kisah kuno diceritakan dalam dua tradisi, sebagian dalam bentuk yang lebih berdasarkan kepada sejarah sementara yang lain lebih bersifat mitologis. Demikian pula yang terjadi pada Zhurong. Sima Qian dalam tulisannya Catatan Sejarah Agung (Shiji) menggambarkan Zhurong sebagai tokoh historis yang menjabat sebagai Menteri Api. Ia disebut-sebut sebagai putra dari Gaoyang (juga dikenal sebagai Zhuanxu), sesosok dewa langit. Gaoyang juga memiliki putra lain, yaitu Gun (ayah dari Yu yang Agung). Sementara itu, Zhurong diklaim sebagai leluhur dari delapan garis keturunan bangsawan di negara Chu.

sumber sejarah yang lebih valid menyebutkan bubuk mesiu digunakan untuk petasan pertama kali oleh seorang pendeta bernama Li Tian dari kota Liu Yang, provinsi Yunan pada masa pemerintahan dinasti Song, sekitar abad ke-9 masehi.

Li Tian membuat petasan untuk mengusir roh jahat, yang dipercaya akan ketakutan dengan bunyi keras yang ditimbulkan. Orang China sendiri memperingati penemuan petasan ini setiap tanggal 18 April dengan memberikan persembahan kepada arwah pendeta Li Tian.

Setelah ditemukan, setiap tahunnya petasan selalu hadir untuk meramaikan perayaan tahun baru China, atau tahun baru Imlek, dengan harapan agar setahun ke depan roh jahat takut dan tidak mengganggu kehidupan.

Marco Polo, seorang penjelajah asal Italia, adalah orang yang diyakini berjasa membawa bubuk hitam, alias mesiu, ke daratan eropa sekitar abad ke-13. Setelah tiba di eropa, bubuk hitam dimanfaatkan untuk pembuatan senjata api seperti meriam dan senapan.

Italia adalah negara yang berjasa atas penciptaan kembang api, juga berbahan dasar bubuk hitam dari China ini. Kemudian diikuti oleh Jerman. Kedua negara tersebut memimpin produksi dan penggunaan kembang api di seluruh eropa pada abad ke-18.

Kerajaan Inggris juga tak mau ketinggalan. Pada masa pemerintahan ratu Elizabeth I, kembang api menjadi sangat populer di kalangan keluarga kerajaan. Sang Ratu sangat menggemari tontonan spektakuler ini. Dan konon beliau mengangkat seorang ahli kembang api dengan sebutan “Fire Master of England” dan menjadi profesi yang sangat bergengsi kala itu.



SEJARAH DAN CARA MERAYAKAN DI MASA LAMPAU
Kebanyakan orang di masa silam memulai tahun yang baru pada hari panen. Mereka melakukan kebiasaan-kebiasaan untuk meninggalkan masa lalu dan memurnikan dirinya untuk tahun yang baru. Orang Persia kuno mempersembahkan hadiah telur untuk Tahun Baru, sebagai lambang dari produktivitas. Orang Romawi kuno saling memberikan hadiah potongan dahan pohon suci. Belakangan, mereka saling memberikan kacang atau koin lapis emas dengan gambar Janus, dewa pintu dan semua permulaan. Bulan Januari mendapat nama dari dewa bermuka dua ini (satu muka menghadap ke depan dan yang satu lagi menghadap ke belakang). Orang-orang Romawi mempersembahkan hadiah kepada kaisar. Para kaisar lambat-laun mewajibkan hadiah-hadiah seperti itu. Para pendeta Keltik memberikan potongan dahan mistletoe, yang dianggap suci, kepada umat mereka. Orang-orang Keltik mengambil banyak kebiasaan tahun baru orang-orang Romawi, yang menduduki kepulauan Inggris pada tahun 43 Masehi.

Pada tahun 457 Masehi gereja Kristen melarang kebiasaan ini, bersama kebiasaan tahun baru lain yang dianggapnya merupakan kebiasaan kafir (dari kata Latin paganus, penduduk kampung, sebutan orang-orang yang bukan Kristen dalam ajaran Nasrani). Pada tahun 1200-an pemimpin-pemimpin Inggris mengikuti kebiasaan Romawi yang mewajibkan rakyat mereka memberikan hadiah tahun baru. Para suami di Inggris memberi uang kepada para istri mereka untuk membeli bros sederhana (pin). Kebiasaan ini hilang pada tahun 1800-an, namun istilah pin money, yang berarti sedikit uang jajan, tetap digunakan. Banyak orang-orang koloni di New England, Amerika, yang merayakan tahun baru dengan menembakkan senapan ke udara dan teriak, sementara yang lain mengikuti perayaan di gereja atau pesta terbuka.

PERAYAAN MODERN
Sekalipun tahun baru juga merupakan hari suci Kristiani, tahun baru sudah lama menjadi tradisi sekuler yang menjadikannya sebagai hari libur umum nasional untuk semua warga Amerika. Di Amerika Serikat, kebanyakan perayaan dilakukan malam sebelum tahun baru, pada tanggal 31 Desember, di mana orang-orang pergi ke pesta atau menonton program televisi dari Times Square di jantung kota New York, di mana banyak orang berkumpul. Pada saat lonceng tengah malam berbunyi, sirene dibunyikan, kembang api diledakkan dan orang-orang menerikkan “Selamat Tahun Baru” dan menyanyikan Auld Lang Syne.
Pada tanggal 1 Januari orang-orang Amerika mengunjungi sanak-saudara dan teman-teman atau nonton televisi: Parade Bunga Tournament of Roses sebelum lomba futbol Amerika Rose Bowl dilangsungkan di Kalifornia; atau Orange Bowl di Florida; Cotton Bowl di Texas; atau Sugar Bowl di Lousiana.

Perayaan Tahun Baru
Pada mulanya perayaan ini dirayakan baik oleh orang Yahudi maupun orang Kafir yang dihitung sejak bulan baru pada akhir September. Selanjutnya menurut kalender Julianus, tahun Romawi dimulai pada tanggal 1 Januari.
Orang Kristen ikut merayakan Tahun Baru tersebut dan mereka mengadakan puasa khusus serta ekaristi berdasarkan keputusan Konsili Tours pada tahun 567. Pada mulanya setiap negeri mempunyai perayaan Tahun Baru yang berbeda-beda. Di Inggris dirayakan pada tanggal 25 Maret. Di Jerman dirayakan pada hari Natal sedangkan di Perancis dirayakan pada Hari paskah.

Ada yang unik dari prosesi perayaan tahun baru yaitu meniup terompet, hal ini merupakan adopsi dari perayaan Yahudi dalam perayaan Rosh Hashanah.

Paus Gregorius XIII mengubahnya menjadi 1 Januari pada tahun 1582 dan hingga kini seluruh dunia merayakannya pada tanggal tersebut. 

ומלין לצד עליא (עלאה) ימלל ולקדישי עליונין יבלא ויסבר להשניה זמנין ודת ויתיהבון בידה עד־עדן ועדנין ופלג עדן׃
(דנייאל פרק ז:כה)

 Ia akan mengucapkan perkataan yang menentang Yang Mahatinggi, dan akan menganiaya orang-orang kudus milik Yang Mahatinggi; ia berusaha untuk mengubah waktu dan hukum, dan mereka akan diserahkan ke dalam tangannya selama satu masa dan dua masa dan setengah masa."
(Daniel 7:25 )

Perayaan Tahun Baru Zaman Dahulu?

Pernahkah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang perayaan tahun baru masehi? Karena isinya hanya main-main, bermaksiat (pacaran, mabuk-mabukan, berzina, berjoget tengah malam, hura-hura), membuang-buang serta menyiakan waktu serta tidak ada unsur ibadahnya dan melalaikan umat muslim, terutama shalat Isya, Qiyamul Lail dan Shubuh
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dalam catatan sejarah kota Yatsrib, sebelum berganti nama menjadi madinah, penduduk kota ini mengikuti agama berhala, seperti yang ada di Mekah. Penduduk Yatsrib sangat mengagungkan berhala 
Sebelum islam datang di Madinah, masyarakat kota ini telah memiliki hari raya yang dimeriahkan dengan permainan, makan-makan, dst. kala itu, hari raya mereka menganut tradisi orang majusi di Persia. Hari raya itu adalah Nairuz dan Mihrajan.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan,
قَدِمْتُ عَلَيْكُمْ وَلَكُمْ يَوْمَانِ تَلْعَبُونَ فِيهِمَا فَإِنَّ اللَّهَ قَدْ أَبْدَلَكُمْ يَوْمَيْنِ خَيْراً مِنْهُمَا يَوْمَ الْفِطْرِ وَيَوْمَ النَّحْرِ
“Saya mendatangi kalian dan kalian memiliki dua hari raya, yang kalian jadikan sebagai waktu untuk bermain. Padahal Allah telah menggantikan dua hari raya terbaik untuk kalian; idul fitri dan idul adha.” (HR. Ahmad 13164).
tahun baru merupakan pesta warisan dari masa lalu yang dahulu dirayakan oleh orang-orang Romawi. Mereka (orang-orang Romawi) mendedikasikan hari yang istimewa ini untuk seorang dewa yang bernama Janus, The God of Gates, Doors, and Beeginnings. Janus adalah seorang dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menatap ke depan dan satunya lagi menatap ke belakang, sebagai filosofi masa depan dan masa lalu, layaknya momen pergantian tahun.
Koin Tuhan Janus Bangsa Romawi



Hukum Islam tentang Perayaan Tahun Baru Hijriyah


  • Orang yang Pertama Merayakan Tahun Baru Hijriyah
Jika kita merunut silsilah sejarah Perayaan Tahun Baru Hijriyah, maka kita tak menemukan jejak kakinya di zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, para sahabatnya, dan para pengikutnya yang setia di atas Sunnah.dan Al-Quran
Perayaan ini muncul pertama kali melalui tangan orang-orang jahil dari kalangan Bani Ubaidiyyah alias Bani Fathimiyyah yang pernah memerintah Mesir dengan tangan besi. Para penguasa mereka banyak menzholimi kaum muslimin di zaman itu, dan juga banyak memunculkan amalan bid’ah, paham, dan aliran yang menyempal dari Al-Kitab dan Sunnah. Mereka dikenal pada hari ini dengan “kaum Syi’ah” yang memiliki permusuhan dan kedengkian yang besar kepada para sahabat dan orang-orang yang mengikutinya dari kalangan Ahlus Sunnah.
Ulama Syafi’iyyah, Al-Imam Al-Maqriziy -rahimahullah- berkata,
“Dahulu para kholifah Daulah Bani Fathimiyyah memiliki perhatian dengan malam (baca: hari) pertama bulan Muharram pada setiap tahun, karena awal malam tahun baru, dan permulaan waktunya”. [Lihat Al-Khuthoth wa Al-Atsar (1/490)]
Jika kita melakukan riset lebih jauh lagi, maka kita akan dapatkan bahwa perayaan tahun baru hijriyah sebenarnya adalah sebuah upaya dalam mengikuti segala perbuatan orang-orang Non-Islam.
bahwa merayakan tahun baru merupakan perkara baru dalam agama; tak ada sunnah (tuntunan)nya dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, para sahabat, tabi’in, tabiut tabi’in, Imam yang Empat (Imam Abu Hanifah, Malik, Asy-Syafi’iy, dan Ahmad). Jika tak ada sunnahnya dari Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam-, maka diketahuilah bahwa merayakannya adalah perkara mengada-ada dalam agama. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda,
مَنْ أَحْدَثَ فِيْ أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَ مُسْلِمٌ)
“Barang siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini sesuatu yang bukan termasuk darinya, maka ia (perkara) itu tertolak”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (2697), dan Muslim dalam Shohih-nya (1718)
Pergantian waktu dan pengingat kematian seorang Muslim sejati adalah pada saat pergantian kumandang Adzan. SUARA ADZAN BUKAN SEKEDAR TANDA MASUK WAKTU SHALAT. Adzan adalah panggilan Allah SWT  sang Maha Besar. pengingat bahwa kita bisa mati kapanpun, dimanapun jika IA berkehendak, sebuah pengingat bahwa usia kita di dunia telah berkurang.. Ada yang langsung merespon panggilan adzan dengan bersegera shalat, ada yang menundanya, adapula yang sedang melakukan hal-hal maksiat atau kejahatan


Sabda Nabi: 
“Jika engkau mendengar suara adzan, maka penuhilah panggilan Allah itu” (HR Thabrani).

Topi Kerucut dan Suara Terompet, Dua  Buah Ikon Tahun Baru yang Mengingatkan Cerita Tragis Inkuisisi Spanyol dan Ritual Yahudi

 

"Jasmerah! Jangan sekali-kali melupakan sejarah!"

Yupz, itu semboyan yang akrab banget sama Presiden Indonesia pertama, Bung Karno.

Terus apa hubungannya dua icon perayaan tahun baru yakni topi kerucut dan terompet sama sejarah Islam?

Fyi topi tahun baru yang berbentuk kerucut ternyata adalah topi dengan bentuk yang disebut SANBENITO.

Sanbenito (dalam bahasa Spanyol disebut sambenito) adalah pakaian "tobat" untuk kalangan Kristen yang menyimpang dari paham gereja. Jika mereka mau kembali ke paham gereja Katolik Roma dengan memakai Sanbenito yang meliputi jubah dan topi kerucut, mereka diampuni dari inkuisisi.


Pada perkembangannya, topi Sanbenito dipaksakan pula kepada kaum Muslimin Andalusia. Ketika kaum Frank menyerang Spanyol Muslim (Andalusia), pada masa Raja Ferdinand dan Ratu Isabela (keduanya penganut Kristiani) berkuasa di Andalusia, kaum muslimin dibantai, keduanya memberi jaminan hidup kepada orang Islam dengan satu syarat, yakni keluar dari Islam. Jika tidak mau ia akan disiksa secara keji kemudian dibunuh


Maka untuk membedakan mana yang sudah murtad dan mana yang belum adalah ketika seorang muslim menggunakan baju seragam dan topi berbentuk kerucut. Jadi, Sanbenito adalah sebuah tanda berupa pakaian khusus untuk membedakan mana yang sudah di-converso (murtad).

“Saat itu umat Islam di Andalusia dibantai, kecuali yang memakai Sanbenito. Itu sama artinya bersedia mengikuti agama Ratu Isabela.  Topi ala Sanbenito itulah sebagai simbol/penanda orang Islam yang sudah murtad/keluar dari Islam. 


Sejarah Pemaksaan pindah agama ke Kristen selama Inkuisisi



Selama beberapa abad Gereja Roma mengamuk di seluruh dunia seperti binatang buas yang kelaparan dan membunuh ribuan orang yang percaya kepada Kristus yang sejati, menyiksa, dan memotong tangan atau kaki ribuan orang lagi. Ini merupakan “Zaman Kegelapan” gereja. Kelompok Waldenses di Prancis merupakan korban pertama amukan penganiayaan Paus.

Pada 1492 Ferdinand dan Isabella mengeluarkan Dekrit Alhambra yang memerintahkan seluruh Yahudi untuk meninggalkan Spanyol. Umat Islam di Spanyol juga mendapat perintah serupa. Banyak di antara mereka yang imannya lemah pindah ke agama Kristen daripada harus meninggalkan Spanyol, dan mereka ini disebut dengan istilah conversos. Para conversos ini dicurigai tidak pindah agama dengan jujur dan tulus.

Ferdinand II kemudian menekan Paus Sikstus IV agar menyetujui pembentukan sebuah Inkuisisi yang dikendalikan oleh Spanyol. Paus menyetujuinya karena Ferdinand mengancam menarik dukungan militernya kepada Sang Paus, padahal saat itu Kepausan sedang terancam oleh Turki Ottoman. Namun kemudian Sikstus IV menuduh Inkuisisi Spanyol terlalu bersemangat, dan menuduh Ferdinand dan Isabella terlalu rakus dan mengeluarkan sebuah bulla untuk menghentikannya, tapi Ferdinand mendesak Sikstus untuk menarik kembali bulla tersebut. Dalam kedua kejadian tersebut Sikstus dan Ferdinand tetap saling akur satu sama lain.[1]

Orang-orang Islam di Spanyol, Mudéjars atau yang sudah pindah ke Katolik, disebut Moriscos, tak luput dari penganiayaan yang dilakukan oleh Inkuisisi Spanyol. Menurut Perjanjian Granada (1491), umat Islam dijanjikan kebebasan beragama, namun perjanjian ini tidak berumur panjang. Pada 1502, umat Muslim diberikan ultimatum untuk masuk Kristen atau meninggalkan Spanyol. Mayoritas mereka pindah agama, namun hanya di luar saja, karena mereka masih berpakaian dan berbicara sebagaimana sebelumnya, beribadah menurut agama Islam secara sembunyi-sembunyi, dan menggunakan tulisan Aljamiado. Hal ini menyebabkan Kardinal Cisneros untuk menerapkan peraturan yang lebih keras dan memaksa, sehingga memicu sebuah pemberontakan.

Pemberontakan ini berhasil dipadamkan (1502), dan pihak Spanyol menggunakan pemberontakan ini sebagai alasan untuk membatalkan Perjanjian Granada. Pada 1508, pakaian bernuansa Islam dilarang. Pada 1526 dan 1527, peraturan yang lebih keras lagi dikeluarkan. Pada 1567, Raja Felipe II mengeluarkan baru yang melarang penggunaan nama berbau Islam, pakaian Islam, serta larangan berbahasa Arab. Bahkan orang-orang Islam diberitahu anak-anak mereka nantinya harus diserahkan untuk dididik para pendeta Kristen. Seluruh 300.000 moriscos akhirnya diusir dari Spanyol pada 1609-1614, oleh Raja Felipe III.

Agama Yahudi dilarang di Spanyol menurut Dekrit Alhambra (1492). Hasilnya orang-orang Yahudi memilih meninggalkan Spanyol atau pindah agama. Kaum Yahudi yang pindah ke agama Kristen disebut Marranos (berarti "babi" dalam bahasa Spanyol). Mereka adalah orang-orang Yahudi Sefardim yang terpaksa pindah ke agama Katolik Roma, sebagai akibat penganiayaan orang-orang Yahudi oleh Inkuisisi ini. Banyak di antara mereka yang masih menjalankan agama dan tradisi Yahudi mereka secara sembunyi-sembunyi. Terdapat sekitar 100.000 marranos di seluruh Iberia.

Topi itu digunakan saat keluar rumah, termasuk ketika ke pasar. Dengan menggunakan sanbenito, mereka aman dan tidak dibunuh,” ungkap Irena Handono, mantan biarawati yang kini menjadi muslimah yang giat berdakwah dan mewakafkan dirinya untuk menyampaikan kebenara agama Islam.


Setelah pembantaian selesai, agenda Ratu Isabela selanjutnya adalah mengejar muslim yang lari dan bersembunyi ke Amerika Selatan. Orang Islam yang tertangkap lalu diseret ke lembaga inkuisi (penyiksaan) yang dilaksanakan oleh orang gereja. Adapun pastur pertama  yang ditunjuk Ferdinand dan Isabela untuk melaksanakan inkuisi adalah pastur bernama  Torquemada. Ia adalah Jenderal Yahudi yang dikenal sebagai pembantai umat Islam Andalusia.

Bukan hanya orang Islam saja yang diseret ke lembaga inkuisisi, tapi juga orang yahudi yang menolak masuk Kristen. Di tanah lapang,  mereka kemudian ada yang dibakar hidup-hidup, ada pula yang disiksa dengan kayu yang diruncingkan sehingga bokongnya akan tertusuk. Penyiksaan lainnya ada yang dipatahkan kakinya. Kekejaman inkuisisi itu memang hendak membuat mati seseorang dengan secara perlahan.
Sadis !!!!




Jika topi Sanbenito identik dengan "pertobatan" Kristen, terompet identik dengan ritual Yahudi. Sejarah mencatat sejak tahun 63 SM, Yahudi sudah akrab dengan penggunaan terompet. Dan hal itu berlangsung hingga zaman nabi akhir zaman Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.

Oleh karena itulah, Rasulullah menolak ketika ada yang mengusulkan memakai terompet untuk memanggil kaum muslimin menjelang shalat berjama'ah. "Membunyikan terompet adalah perilaku orang-orang Yahudi," sabda beliau seperti diabadikan dalam hadits riwayat Abu Daud.

Kalau Sobat pernah baca buku atau nonton film 99 Cahaya di Langit Eropa pasti tahu dong ada momen ketika 2 orang non muslim memakan kue croissant dengan lahap karena kue itu melambangkan kekalahan Kekhilafahan Turki Usmani.

Ketika Raja Ferdinand dan Ratu Isabella berhasil menguasai seluruh bumi Andalusia (Spanyol), mereka melancarkan inkuisisi yang mengakibatkan eksodusnya Yahudi pada tahun 1492.
Catatan: Inkuisisi Spanyol adalah institusi pengadilan gereja yang didirikan oleh pasangan Monarki Katolik Raja Ferdinand II dari Aragon dan Ratu Isabella dari Kastilia, yang bertujuan untuk memelihara ortodoksi Katolik di Spanyol, dan mengadili perkara-perkara aliran sesat pasca Reconquista (penaklukan Iberia oleh kerajaan Kristen dari Muslim Moor). Pada awalnya, Spanyol setelah Reconquista merupakan masyarakat beragama yang relatif damai, namun selanjutnya terjadi kekerasan anti-Islam dan anti-Yahudi, sehingga banyak umat Islam dan Yahudi terpaksa pindah agama menjadi Katolik atau melarikan diri (Wikipedia)

Sekitar 150 ribu Yahudi dari semenanjung Iberia mendapatkan kesempatan untuk bermukim di wilayah kekhilafahan Turki Utsmani. Mereka diperbolehkan tinggal di berbagai kota seperti İstanbul, Salonika, Sarajevo, Edirne, Nikopol, Bursa, Aydın, Tokat, Amasya, dan İzmir.
Sudah menjadi tabiat kaum Muslimin untuk mengayomi bangsa dan agama lain dalam kekuasaannya. Untuk itulah kaum Muslimin harus kuat, berjaya, dan bersatu agar kaum minoritas dan tertindas lainnya mendapatkan tempat bernaung.

Sebuah kota di Spanyol akhirnya berganti nama karena dianggap tidak pantas dan bersifat provokatif. Nama Castrillo Matajudios (Bunuh Yahudi) yang digunakan selama 500 tahun diganti atas usulan wali kota yang disetujui oleh warga kota kecil itu.

Kota berpenduduk sebanyak 56 orang tersebut diduga memiliki nama asli Mota de Judios yang merujuk kepada para perintis Yahudi yang menetap di sana. Namun pada masa inkuisisi Spanyol pada 1478 sampai 1834, sentimen antisemit sangat kuat tersebar di Spanyol, dan membuat kehidupan kaum Yahudi menjadi sulit.

Inkuisisi Spanyol adalah sebuah gerakan yang dicanangkan oleh penguasa Spanyol yang beragama Katolik, Ferdinand II dan Isabela I, untuk mempertahankan paham Kristen Ortodoks di wilayah kerajaan mereka. Untuk mencapai tujuan tersebut para penganut Islam dan Yahudi dipaksa berpindah agama menjadi Kristen Ortodoks atau pergi dari Spanyol. Bunuh Yahudi diduga muncul pertama kali pada 1627 karena pengaruh Inkuisisi Spanyol. Beberapa ahli sejarah lokal percaya bahwa nama tersebut sebenarnya muncul lebih awal yaitu sekira 1492 saat perintah kerajaan untuk mengusir kaum Yahudi yang tidak berpindah agama dari Spanyol terbit.

Orang-orang Yahudi yang berpindah agama kemudian mengganti nama kota mereka untuk mendapat kepercayaan dari kerajaan dan menunjukkan kesetiaannya.
Kota Castrillo Matajudios telah mengganti namanya menjadi Castrillo Mota de Judios (Bukit Yahudi), walaupun saat ini tidak ada penduduk Yahudi yang tinggal di sana.




Makin sedih lagi karena banyak orang yg mengaku Islam, merayakan tahun baru, tiup terompet, pakai topi kerucut saat tahun baru tanpa tahu sejarah.

Jika ingin berlibur diakhir tahun, baiknya tidak ikut merayakan.berkumpul pada malam hari melakukan hal-hal tersebut dan berlibur sewajarnya. Ajarkan isi oenting dari artikel ini pada anak-anakmu agar kelak ia tahu mana yg harus dilakukan dan mana hal-hal yang membuat Allah SWT tidak ridho hambanya sesama muslim saling tolong menolong dalam ritual "terselubung" disetiap akhir tahun Masehi

Apalagi banyak anak sekolah disuruh pakai topi kerucut pada saat ospek. Memang segala sesuatu berdasarkan niatnya, tapi penting bagi kita meminimalisir pemakaian simbol-simbol dari agama lain dan itu telah diajarkan oleh Rasulullah.


 Pandangan umat Islam terhadap Perayaan Tahun Baru

Seorang muslim yang ikut-ikutan merayakan tahun baru akan tertimpa banyak keburukan, diantaranya:
  1. Merupakan salah satu bentuk tasyabbuh (menyerupai) dengan orang-orang yang telah dilarang oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wa sallam.
  2. Melakukan amal ketaatan seperti dzikir, membaca Al Qur’an, dan sebagainya yang dikhususkan menyambut malam tahun baru adalah pebuatan bid’ah yang menyesatkan. Namun sebagain ulama berpendapat acara zikir tahun baru sebagai kontra starategi untuk melawan perayaan tahun baru generasi pemuda Islam
  3. Ikhtilath (campur baur) antara pria dan wanita seperti yang kita lihat pada hampir seluruh perayaan malam tahun baru bahkan sampai terjerumus pada perbuatan zina, Na’udzubillahi min dzaalika…
  4. Pemborosan harta kaum muslimin, karena uang yang mereka keluarkan untuk merayakannya membeli makanan, minum-minuman beralkohol, minuman keras, bagi-bagi kado, meniup terompet, kembang api, riuh nya suara musik dan lain sebagainya) adalah sia-sia di sisi Allah subhanahu wa ta’ala. 
  5. Serta masih banyak keburukan lainnya baik berupa kemaksiatan bahkan kesyirikan kepada Allah. Wallahu a’lam… 
”Sungguh kamu akan mengikuti (dan meniru) tradisi umat-umat sebelum kamu bagaikan bulu anak panah yang serupa dengan bulu anak panah lainnya, sampai kalaupun mereka masuk liang biawak niscaya kamu akan masuk ke dalamnya pula”. Sebagian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, orang-orang Yahudi dan Nasoro kah?” Beliau menjawab: ”Siapa lagi (kalau bukan mereka)?” 

(HR Bukhari dan Muslim)
Mencari rezeki bisa dijalan yang berkah dan tidak bertentangan dengan agama Islam..apalagi memfasilitasi sesama muslim untuk bermaksiat kepada Allah SWT..
Coba tanyakanlah pada diri sendiri, Apakah dengan berkumpul tengah malam dijalan-jalan atau tempat ramai, lalu meunggu terompet jyga kembanng api dan Allah SWT dan Nabi Muhamad SAW akan ridho dengan perilaku kalan tersebut ?

Betapa herannya..
Kenapa orang mau berkumpul ramai-ramai dimalam yg dingin, menghabiskan uang, waktu dan lainnya..
namun  untuk bersedekah/mengekuarkan uang kotak infak/amal masih berpikir untung rugi,,

sementara orang yg mengaku beragama Islam sejak lahir
minimal untuk shalat shubuh berjamaah di masjid saja yg gratis setiap harinya, yg bahkan beberapa hadist menyebutkan bahwa shalat shubuh berjamaah dimasjid berjama'ah lebih baik dari dunia dan seisinya..
sebagian orang masih enak terlelap tidur dan enggan beranjak dari tempat tidurnya yg empuk & selimutnya  yg hangat &
atau bahkan cuek terhadap lantunan adzan yg sedang dikumandangkan..


Abaikan jika ada orang yg mengejekmengolok-olok, berkata sok suci, gak gaul, kuper, fanatik agama, dan lain-lain..
karena di alam kubur, padang mahsyar nanti , orang yg mengejek tersebut tidak akan mampu menolong kalian bahkan dia akan sibuk mempertanggungjawabkan apa yg dia lakukan..
dan jangan berharap bisa  mendapat Syafa'at Nabi Muhammad SAW di Padang Mahsyar atas perilaku yg tidak Allah SWT ridhoi...


Umat muslim bukan negara pembela/pemuja negara Arab saudi /timur tengah
karena kami diajarkan untuk tidak berharap pada mahkluk
yg kami bela adalah sebuah ajaran menyampaikan untuk menyembah Tuhan yg Esa/Satu yaitu ALLAH SWT
bukan menyembah manusia/benda/hewan/patung/berhala/batu dan lainnya..
hingga hari kiamat tiba

Masalah umat muslim saat ini adalah sebagian tau ilmu Al-quran & hadist 
tapi tidak dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari
Andai setiap dari kita mau mencontoh & mengamalkan Rosul & para sahabat nabi di zaman dulu
mungkin zaman keemasan Islam dalam bidang teknologi, sains, astronomi, kedokteran, matematika, dan ilmu lainnya akan kembali,,

sehingga tidak akan ada lagi kemiskinan, pemimpin yg dzhalim, kerukunan yg berbeda keyakinan, memberi manfaat bagi mahluk lainnya..
rindu bukan ?

mulailah perbaiki pribadi dari keluarga kita sendiri..

Yaaa .
itu dia..
Sudah tugas & janji Iblis untuk membengkokkan jalan yg lurus hingga akhir zaman kelak..
Hanya orang-orang terpilihlah yg akan tetap berada di jalan yg lurus tersebut

Silahkan kalau kalian yg ngaku Islam tapi tetep bandel dan mengabaikan hadist nabi & Al-quran..
yang terpenting saya sudah menyampaikan ilmu ini..
jadi nanti kalo dialam kubur / padang mahsyar sama malaikat diminta pertanggungjawabannya
jangan bawa-bawa saya..
saya sudah sampaikan ilmu yg saya ketahui..


Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91)
An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam)
Kesombongan ada dua macam, yaitu sombong terhadap al haq dan sombong terhadap makhluk. Hal ini diterangkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hadist di atas dalam sabda beliau, “sombong adalah menolak kebenaran dan suka meremehkan orang lain”.Menolak kebenaran adalah dengan menolak dan berpaling darinya serta tidak mau menerimanya. Sedangkan meremehkan manusia yakni merendahkan dan meremehkan orang lain, memandang orang lain tidak ada apa-apanya dan melihat dirinya lebih dibandingkan orang lain. (Syarh Riyadus Shaalihin, II/301, Syaikh Muhammad bin Shalih al ‘Utsaimin, cet Daar Ibnu Haitsam)

Sombong Terhadap al Haq (Kebenaran)
Sombong terhadap al haq adalah sombong terhadap kebenaran, yakni dengan tidak menerimanya. Setiap orang yang menolak kebenaran maka dia telah sombong disebabkan penolakannya tersebut, baik disimpan didalm hati atau secara terang-terangan.  Oleh karena itu wajib bagi setiap hamba untuk menerima kebenaran yang ada dalam Kitabullah dan ajaran para rasul ‘alaihimus salaam.
Orang yang sombong terhadap ajaran rasul secara keseluruhan maka dia telah kafir dan akan kekal di neraka. Ketika datang kebenaran yang dibawa oleh rasul dan dikuatkan  dengan ayat dan burhan, dia bersikap sombong dan hatinya menentang sehingga dia menolak kebenaran tersebut.
Dan tidaklah patut bagi mukmin laki-laki dan mukmin perempuan, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka.” (QS. Al-Ahzab: 36)


Ketika belajar di TK/SD dahulu, kita pernah diajari oleh guru kita sebuah bacaan “Radhiitu billahi rabba, wabil Islami dina, wabi Muhammadin nabiyya wa rasula.” Artinya:   “Aku rela (senang) Allah sebagai Rabb (Tuhanku), Islam agamaku dan Muhammad SAW sebagai Nabi dan Utusan-Nya.” 

Selain itu, kita juga sering berdoa: “Allhumma inni as’aluka ridhaka wal jannah, wa a’udzu bika min sakhathika wan nar.” Artinya: Ya Allah aku (kami) memohon kepada-Mu akan ridha-Mu dan surga; dan aku (kami) berlindung kepada-Mu dari kemurkaan-Mu dan siksa neraka.

Dalam konteks ini kita patut bertanya kepada diri sendiri: “ Apakah selama ini kita sudah ridha terhadap Allah, Islam dan Nabi Muhammad SAW? Dan mengapa kita perlu memohon ridha Allah?”

Ridha merupakan bentuk mashdar (infinitive), dari radhiya-yardha yang berarti: rela, menerima dengan senang hati, cinta, merasa cukup (qana’ah), berhati lapang. 

Bentuk lain dari ridha adalah mardhat dan ridhwan (yang super ridha). Antonim kata ridha adalah shukht atau sakhat, yang berarti murka, benci, marah, tidak senang, dan tidak menerima.  

Ridha adalah engkau berbuat sesuatu yang membuat Allah senang atau ridha, dan Allah meridhai apa yang engkau perbuat. Ridha hamba kepada Allah berarti ia menerima dan tidak membenci apa yang menjadi ketetapan Allah. 

Sedangkan ridha Allah kepada hamba berarti Dia melihat dan menyukai hamba-Nya yang menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Telah datang kepadanya orang-orang yang membawa peringatan, namun dengan sombong mereka menolak peringatan itu. Serta mencela, mengolok-olok dan merendahkan orang orang yang membawa peringatan tersebut.

Setelah memasuki alam akhirat dan menyaksikan azab yang begitu mengerikan, mereka menyesali diri dan ingin dikembalikan lagi tinggal di dunia agar bisa melaksanakan ketaatan dan beramal sholih.


Dan juga, sekiranya mereka memiliki apa apa yang ada dibumi, mereka akan menebus dirinya dengan semua itu asalkan mereka bisa bebas dan terhindar dari pedihnya azab Allah.





Perayaan tahun baru adalah ritual, karena itu Rasullulah melarang seorang Muslim mengikuti ritual yang dilarang Allah SWT,,
.
Ada sebagain orang yang kurang ilmu /mengolok  DAN membandingkan dengan hal-hal lain seperti pakai produk, mobil, motor, facebook dan lainnya buatan orang-orang non-muslim, 
itu karena mereka Islam, namun malas atau tidak mau belajar ilmu Fikih Islam,,
sehingga tidak tau hal-hal apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan..

Kalau ikut berpartisipasi ikut perayaan malam tahun baru gak apa-apa
Coba kamu suruh mereka yang mengolok-olok Muslim yg tak ikut merayakan tahun baru  tersebut agar ucapkan syahadat..atau disunat bagi pria,, bukankah syahadat hanya sebuah kalimat? atau ucapan? tapi kenapa mereka tidak mau??? 
itu karena mereka Non-Muslim meyakini Syahadat adalah ritual umat Islam bukan?
Meski syahadat diucapkan tapi hati tak rela, Ia yang mengucapkan syahadat sudah masuk catatan malaikat sebagai seorang muslim dan  "terikat kontrak" hingga hari kiamat atas segala amal perbuatannya


Apa yang membuat sebagian umat Islam rela berduyun-duyun datang tengah malam ke keramaian perayaan tahun baru dibandingkan dengan mendatangi minimal Shalat Isya + shalat shubuh berjamaah di masjid padahal Allah SWT janjikan pahala yg lebih baik dari dunia beserta isinya?


Salah satu cara merusak generasi Islam di masa depan ialah dengan merusak akhlak/kepribadiaan dan pemikiran para pemuda Islam agar menjauhi Al-Quran dan Sunnah... 
Kenapa Allah SWT menciptakan manusia du dunia dengan berbagai karakter dan sifat.,, 
ada yang baik ada yang jahat
ada yang sombong dan ada yang taat? 

Dan taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul, jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.

(QS. At Taghabun : 12)


”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata:
Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar”.
(QS. Al-Ahzab [33] : 66-68)




 
Like us on Facebook