MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

January 28, 2016

Bahaya Anak Balita Sering Main Gadget

Baca Artikel Lainnya

Gangguan pada mata banyak dialami balita akhir-akhir ini. Ternyata, penyebabnya adalah mereka terlalu sering bermain gadget dalam durasi waktu yang berlebihan. Dokter spesialis mata Rozalina Loebis SpM (K) mengungkapkan, dalam sebulan setidaknya dirinya menangani 10 kasus anak dengan keluhan mata pedih dan merah. Selain itu, sang anak sering sakit kepala.

"Setelah ditelusuri, ternyata karena pemakaian gadget yang berlebihan," katanya. Dia menjelaskan, ada beberapa kriteria pemakaian gadget disebut berlebihan.


Pertama, pemakaiannya lebih dari satu jam. Kedua, jarak monitor dengan mata anak kurang dari 18 inci atau 45 cm. Padahal, jarak yang direkomendasikan 18-28 inci.

Menurut Rozalina, usia anak mengalami gangguan mata karena penggunaan gadget semakin muda. Bahkan, ada yang berusia 2,5 tahun. Itu terjadi karena mereka terbiasa memegang tab, smartphone, atau bermain komputer. Kebanyakan mereka bermain game. "Ada orang tua yang berpikir, daripada anak lari-lari, suruh main game saja," katanya.

Tahun lalu Rozalina juga melakukan penelitian tentang pemakaian gadget. Sasarannya adalah sebuah sekolah di Surabaya. Targetnya, murid kelas 5 yang jumlahnya 45 anak. Hasilnya, 50 persen anak mengalami masalah mata karena paparan layar gadget.

"Orang tua perlu mewaspadai kasus tersebut," ujar Rozalina. Menurut dia, anak semacam itu terancam terkena computer vision syndrome. Jarak melihat yang terlalu dekat tersebut bakal memicu miopi atau mata minus. Di usia yang masih begitu muda, anak tidak bisa lagi melihat dengan normal.

Sering duduk untuk melihat layar gadget dalam waktu lama juga memperberat kerja otot mata. Akibatnya, mata sulit mengatur fokus sehingga terjadi ketegangan mata atau eye strain. "Mata anak juga cepat capek," ujarnya.

Terlalu lama menonton layar membuat mata jarang mengedip. Akibatnya, tear film atau lapisan air mata yang melumasi kornea mengering. Padahal, lapisan tersebut menjadi tameng pertama mata untuk mencegah masuknya kuman. Keringnya kornea mengakibatkan mata lecet. "Kalau sudah luka, harus dirawat intensif," jelas Rozalina.

Dosen FK Universitas Airlangga itu menyarankan, anak berusia kurang dari empat tahun sebaiknya tidak terekspos cahaya layar gadget. Dari segi perkembangan visual, mata balita belum terbentuk maksimal sebelum usia tersebut. Karena itu, paparan ringan pun bisa menimbulkan masalah. "Kalau umur lima tahun, mulai bisa diperlihatkan gadget. Misalnya, untuk mengenal video edukasi," katanya.

Namun, anak tetap harus mematuhi aturan yang dikenal dengan rule of twenty. Setiap 20 menit penggunaan layar, istirahatkan mata selama 20 detik. Caranya dengan memejamkan mata. Dengan begitu, otot mata bisa kembali rileks. Gerakan menutup itu juga menghasilkan pelumas untuk melindungi organ penglihatan.

Menurut Rozalina, saat anak sudah tidak lagi balita, penggunaan gadget tetap perlu dibatasi. Sebab, penggunaan berlebihan juga berpengaruh pada psikologis. Anak seharusnya mengeksplorasi diri dengan lebih sering bermain di luar rumah. "Itu membuat motorik mereka terlatih. Jika kemampuan motorik kurang terlatih, anak akan sulit fokus," ujar alumnus University of Utah John A. Moran Eye Center itu.

Sementara itu, dokter spesialis mata RSUD dr Soetomo Prof dr Diany Yogiantoro Soebadi SpM mengatakan, pasien anak karena pemakaian gadget yang salah memang meningkat. Dia mencontohkan kasus di praktik pribadinya di Jalan Dr. Soetomo Surabaya. Dalam sehari, minimal ada satu anak yang dibawa orang tuanya dengan keluhan mata. Dalam sepekan bisa enam sampai tujuh anak.

Angka kejadian di RSUD dr Soetomo diperkirakan lebih banyak lagi. Termasuk di fasilitas kesehatan lain, seperti RS Soewandhie dan RS BDH. Sebab, saat ini sistemnya menggunakan BPJS. "Keluhannya penglihatan kabur karena sering memakai gadget," ujarnya.

Peningkatan jumlah pasien mata berusia anak-anak juga diungkapkan dr Hendrian D. Soebagjo SpM(K). Dalam sehari, divisi kelainan akomodasi mata RSUD dr Soetomo menangani tiga sampai empat pasien yang mengeluhkan refraksi atau pembiasan mata. Ada pasien yang masih anak-anak. "Kalau di klinik saya, sehari ada 30 orang pasien. Lima di antaranya anak yang bermasalah karena gadget," ujarnya.



references by jpnn
images by en.rocketnews24.com, star2.com

 
Like us on Facebook