MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

February 15, 2016

Cerita Perjuangan Rio Haryanto & Nama Indonesia Dilecehkan

Baca Artikel Lainnya


Namanya masih belum terlalu dikenal kala itu. Rio Haryanto tampil gemilang di GP3 seri Istanbul, Turki, tahun 2010 lalu. Belum lagi kewarganegaraan Indonesianya, membuat publik, termasuk panitia, pun meremehkannya.


Alih-alih tampil ala kadarnya gara-gara mentalnya diuji duluan, Rio justru menampilkan performa terbaiknya.
Lewat perjuangan mati-matian, akhirnya Rio yang sama sekali tak dijagokan itu berhasil meraih podium.
Konyolnya, panitia sama sekali tak mengira kalau Rio bakal juara, sampai-sampai lagu Indonesia Raya dan bendera merah putih tak disiapkan oleh mereka. Namun panitia akhirnya putar otak dengan membalik bendera Polandia sebagai ganti merah putih.

Panitia juga tak menyediakan kaset untuk lagu Indonesia Raya sehingga Rio terpasa menyanyi sendiri saat bendera Merah putih dikibarkan.

Mobil Dibongkar Panitia


Mobilnya dibongkar lalu ditinggalkan
Tak cukup dengan insiden bendera Polandia dibalik, di GP3 Silverstone, Inggris, 2010 lalu, ia kembali mendapatkan penghinaan dari panitia.
Saat itu, lagi-lagi Rio yang tak pernah dijagokan kembali berhasil menyabet podium. Yang bikin geleng-geleng kepala, panitia seolah tak percaya dengan kemenangan ini dan kemudian melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap mobil yang dikendarai

Dugaan kecurangan tersebut pada akhirnya tidak terbukti. Mirisnya, panitia yang tanpa malu menuduh Rio menang curang, tanpa berdosa meninggalkan mobil yang sudah dibongkar total itu.
Tim pun rugi waktu dan juga biaya gara-gara beberapa part mobil Rio rusak. Jengkelnya lagi, gara-gara ini Rio akhirnya harus tersingkir di race berikutnya.


Penalti kontroversial
GP2 di Monza, Italia, beberapa waktu lalu menyisakan cerita tak terpuji yang dilakukan oleh pengawas lomba kepada Rio Haryanto. Ketika itu, Rio melakukan manuver tiba-tiba dengan memotong jalan karena untuk menghindari tabrakan. Sayangnya, aksi menyelamatkan nyawa ini justru kena pinalti oleh pengawas lomba.
Mirisnya ketika hal ini dilakukan oleh pembalap lainnya, ternyata panitia tidak memberikan mereka pinalti.
Entah apa maksudnya para pengawas lomba ini. Namun dari kejadian ini indikasi diskriminasi sangat kuat.




Gagal karena safety car
GP2 seri Rusia beberapa waktu lalu juga menyisakan cerita miris. Bagaimana tidak, Rio yang sudah jelas-jelas berada di peringkat pertama harus turun tingkat. Kejadian ini diawali dari turunnya safety car karena saat itu terjadi kecelakaan. Aturannya, ketika safety car diturunkan, maka pembalap dilarang untuk saling salip. Ketika momen ini terjadi, Rio sebenarnya sudah sukses berada di posisi pertama.
Sayangnya, panitia tak menganggap hal tersebut sah dan menempatkan Rio di tempat kedua. Banyak yang protes dengan keputusan panitia saat itu. Bahkan salah satu komentator siaran GP2 sampai berang gara-gara sudah jelas jika Rio tak melakukan kesalahan apa pun.



Dilecehkan Komentor
Mungkin bagi kita, sangat membanggakan ketika mendengar Rio punya kesempatan untuk bertanding di kelas Formula 1. Namun, berita baik ini ternyata dipandang sebelah mata.
Pelakunya adalah seorang komentator siaran F1, saat Rio tengah bergelut di panasnya aspal Suzuka, Jepang.rio-haryanto-1Entah apa maksudnya, si komentator tiba-tiba nyeletuk “Rio de Janeiro” ketika menyebutkan nama Rio.
Tak cukup dengan itu, si pembawa acara juga makin memandang remeh Rio dengan berkali-kali menyebut nama Haryanto dengan “Harry Auntie”.




Inilah Amalan-amalan Rio Haryanto Yang Tidak Diketahui Banyak Orang


Tak banyak yang tahu kehidupan pribadi lelaki ganteng ini termasuk aktivitas sosial dan keagamaannya.
Jiwa sosial Rio ternyata terbilang tinggi. Terbukti pria kelahiran Surakarta, 22 Januari 1993 ini memiliki sebuah Pondok Pesantren (Ponpes) dan panti asuhan yang terletak di Solo, Jawa Tengah.
"Sejak 2003, kakekku punya lahan di Solo. Awalnya membangun masjid, kemudian ada ide untuk mendirikan pondok pesantren dan panti asuhan," tutur Rio saat menjadi bintang tamu di salah satu stasiun televisi swasta, Jumat 12 Febuari 2016.
Dalam pondok pesantren itu, Rio mengatakan banyak kegiatan yang dapat bermanfaat untuk anak-anak yang tinggal di sana.



"Di sana ada fasilitas yang bisa dimanfaatkan anak-anak mulai dari Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar. Kami berusaha membantu agar potensi mereka bisa terasah. Ada kegiatan qasidah juga untuk remajanya, latihan setiap hari," ungkap Rio.

Putra pasangan Indah Pennywati dan Sinyo Haryanto ini berharap generasi muda berani untuk bercita-cita.
"Keinginan itu bisa menjadi dasar untuk berusaha agar bisa terwujud. Kuncinya disiplin, pantang menyerah dan selalu ingat sang Pencipta dan keluarga," harapnya.

Selain membangun tempat ibadah, Rio ternyata juga menjalankan ibadah dengan baik, salah satunya adalah salat Tahajud.
"Iya Tahajud setiap hari," ucap Rio Haryanto, saat ditanya wartawan apa yang dilakukannya sembari menunggu keputusan Manor terkait siapa pebalap yang dipilih untuk mendampingi Pascal Wehrlein pada musim depan, Kamis (11/2/2016).

Profil Rio
Rio Haryanto lahir di Solo, Jawa Tengah, 22 Januari 1993 (23 tahun).

Sebagai pembalap asal Indonesia pertama yang bisa membalap di level GP2, Rio memiliki basis pendukung yang sangat besar. Rio juga adalah pembalap Indonesia pertama dalam sejarah yang bisa menjajal mobil Formula Satu.
Ia juga disebut sebagai salah satu pembalap muda yang berpotensi menjadi wakil Asia di ajang Formula Satu pada masa depan.

Pada tahun 2011, Rio berpartisipasi di ajang GP3 Series bersama tim Marussia Manor Racing dan di seri Auto GP bersama tim Driot-Arnoux Motorsport (DAMS). Dia mengawali kariernya di balap gokart pada tahun 2002 dengan Juara Nasional Go-kart kelas kadet. Rio bertekad untuk menjadi pembalap F1.
Rio memulai karier balap mobilnya di benua asalnya, bersaing dalam tiga seri yang berbasis di Asia selama 2008: Asian Formula Renault Challenge, Formula Asia 2.0, dan Formula BMW Pacific.
Dia menjadi yang tercepat dalam seri 2.0 FAsia, memenangkan dua balapan untuk merebut peringkat ketiga secara keseluruhan dalam kejuaraan tersebut, di belakang pembalap ekspatriat Eropa Felix Rosenqvist dan Matthias Beche.

Pada tahun 2009 ia kembali berkompetisi dalam berbagai seri, termasuk Australian Drivers Championship dan Asian Formula Renault Challenge.
Fokus utamanya tahun ini, bagaimanapun, adalah kejuaraan Formula BMW Pacific, dimana ia mendominasi dengan 11 kemenangan dari 15 balapan (walaupun lima balapan ini dimenangkan langsung oleh pengemudi undangan yang tidak masuk dalam kejuaraan), membela Team Meritus asal Malaysia.



Ini termasuk empat kemenangan berturut-turut, pole position dan putaran tercepat dalam empat balapan berturut-turut yang diadakan di sirkuit yang menjadi kandangnya, Sentul. Ia juga berkompetisi di sebuah putaran yang setara dengan Formula BMW Eropa sebagai pembalap undangan.
Rio membalap pertama kali di seri ini pada 2012 bersama Carlin GP2 Team. Pada tahun itu juga, Rio juga berkesempatan untuk menjajal mobil F1 milik Marussia F1 Team sebanyak 79 lap ada sebuah uji coba pembalap muda F1 di Sirkuit Silverstone, Inggris.

Hasil itu membawa Rio menjadi orang Indonesia pertama yang memenuhi syarat untuk mendapatkan FIA superlisence yang merupakan syarat yang wajib dimiliki calon pembalap F1.
Pada tahun 2013, Rio memutuskan bergabung dengan Addax Team, namun sayangnya Rio mendapatkan hasil yang buruk dengan hanya mampu mendapat poin pada 4 balapan. Meskipun demikian, ia sempat meraih podium pertamanya dengan menempati peringkat 2 pada sprint race yang berlangsung di Silverstone, Inggris.

Kecewa akan performa mobil dan mekanik, Rio memutuskan pindah ke Caterham untuk musim 2014 setelah mencatatkan hasil yang memuaskan pada tes di Abu Dhabi. Ia berpasangan dengan Alexander Rossi dari Amerika Serikat.

Di musim 2015, dia bergabung dengan tim Campos Racing.[6] Setelah mengambil podium ke 2 di Feature Race dalam seri Bahrain, Rio mengambil kemenangan pertama di GP2 pada Sprint Race keesokan harinya.
Dia meraih kemenangan kedua dalam seri sprint race Austria meskipun sayap depan mobilnya telah rusak.





references by tribunnews

 
Like us on Facebook