MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

December 15, 2016

Pertamina Mulai Sosialisasi Konversi Gas 3Kg Ke Gas Pink 5,5 Kg

Baca Artikel Lainnya

PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jateng-DIY kembali menyosialisasikan elpiji bright gas 5,5 kg, di Semarang (Rabu (14/12/16). Kampanye bertujuan untuk mengganti penggunaan tabung gas elpiji 3 kg ke bright gas 5,5 kg.


Pendekatan dilakukan dengan menggelar lomba memasak bersama para ibu PKK dari 6 Kecamatan di Kota Semarang. Manajer Domestik Gas Area IV PT Pertamina Regional Jateng DIY Pierre J Wauran mengatakan, dalam sosialisasi kali ini juga untuk membantu pemerintah mengembangkan potensi ibu rumah tangga dalam memasak.

Ia menambahkan di Jawa Tengah sudah ada 11 Kabupaten Kota Yang sudah menggunakan Bright Gas diantaranya Kota Semarang, Kab Semarang, kota Salatiga, Kab Pati,Blora, Kota Solo, Kab karanganyar Kota Tegal, Kab Tegal, Kab batang, Pekalongan dan Kendal.

“Untuk Kota Semarang merupakan percontohan dari kota kota di seluruh Indonesia untuk penggunaan bright gas 5,5 kg,” tukasnya.

Lebih jauh, dikatakan konsumsi bright gas di Kota Semarang mencapai 11 ribu tabung. Dan ditargetkan dalam sebulan konsumsi penggunaan bright gas sebanyak 150 ribu tabung.

Harga bright gas 5,5 kg Rp 321.500, dan Rp 57.500 untuk kemasan isi ulang. Masyarakat diharapkan bisa menukarkan gas ukuran 3 kg dengan biaya konversi Rp 100 ribu untuk setiap tabungnya.


Pertamina Bakal Keluarkan Elpiji 3 Kg Nonsubsidi di 2017



PT Pertamina (Persero) akan mengeluarkan elpiji 3 Kilogram (Kg) nonsubsidi subsidi tahun depan. Hal itu dikatakan Direktur Marketing Pertamina M Iskandar.

Menurut dia, hal ini dilakukan lantaran pada saat pemerintah menerapkan subsidi elpiji 3 Kg dengan mekanisme tertutup di 2017. Hal ini akan membuat masyarakat yang biasa menggunakan elpiji 3 Kg tidak bisa menggunakannya elpiji itu lagi karena hanya untuk yang mendapatkan subsidi.

"Kalau pemerintah terapkan subsidi tertutup, kita akan segera siapkan (elpiji 3 Kg Non-subsidi) percepatan untuk itu. Karena kan ada masyarakat yang tidak dapat," kata Iskandar di Hotel Ritz Carlton, SCBD, Jakarta, Rabu (14/12/2016).

Iskandar menjelaskan, perusahaan pelat merah ini memang merencanakan mengeluarkan produk elpiji 3 Kg nonsubsidi pada bulan Maret atau April 2017. Elpiji 3 Kg nonsubsidi ini akan menyasar masyarakat yang memang sudah terbiasa menggunakan elpiji 3 Kg bersubsidi.

"Kita kan planning Maret April. Kalau pemerintah terapkan subsidi tertutup ya kita segera siapkan," jelas dia.

Selain perbedaan harganya, elpiji 3 Kg non-subsidi juga akan berbeda secara kemasan. Iskandar menyebutkan, elpiji 3 Kg nonsubsidi akan berbeda warnanya dengan elpiji 3 Kg bersubsidi saat ini.

"Bedanya di warna," ujar dia.

Lebih lanjut, meskipun sudah direncanakan akan mengeluarkan produk baru tersebut tahun depan, Iskandar belum bisa merinci harga dan volume pasti Elpiji 3 Kg non-subsidi ketika peluncuran (launching).

"Terus terang belum hitung. (Harga) Keekonomian, tinggal lihat bright gas saja," pungkas dia.


Bright Gas 5.5kg ini menawarkan tiga kelebihan bagi konsumen. Pertama, lebih aman dengan fitur katup ganda yang mengadopsi teknologi Double Spindle Valve System (DSVS) sehingga 2 kali lebih aman dalam men­cegah kebocoran pada kepala tabung. Kedua, fitur keamanan diperkuat dengan adanya tambahan segel resmi Pertamina yang dilengkapi dengan hologram fitur OCS (Optical Color Switch) yang telah memperoleh paten dan tidak dapat dipalsukan. Fitur ini hampir sama dengan teknologi yang digunakan dalam benang pengaman uang kertas dan dokumen-dokumen berharga lainnya. Ketiga, konsumen di Bandung dan sekitarnya dapat me­mesan Bright Gas 5,5 kg melalui layanan terpusat di Contact Pertamina 500-000 (di­awali dengan kode area setempat).

Pembelian perdana ta­­bung Bright Gas 5,5 kg di wilayah Bandung di­banderol dengan harga Rp.297.500 dengan perincian Rp.240.000 untuk tabung, dan Rp.57.500 untuk isi. Untuk memper­mudah masyarakat membeli tabung perdana Bright Gas 5,5 kg, Pertamina juga me­nyediakan program penu­karan tabung Elpiji  3 kg kosong ke Bright Gas 5,5 kg, dengan  perincian  tukar dengan 2 buah tabung LPG 3 kg, bayar ekstra Rp. 99.500 serta tukar dengan 1 buah tabung Elpiji 3 kg, bayar ekstra Rp. 208.500.

“Peluncuran Bright Gas 5,5 kg di wilayah Bandung akan menjadi solusi yang sesuai bagi konsumen yang membutuhkan kepraktisan dan harga yang lebih ter­jangkau. Segmentasi kami adalah wanita karier, ibu ru­mah tangga yang dinamis, atau keluarga kecil maupun peng­huni apartemen yang memiliki kebiasaan memasak dalam frekuensi yang lebih se­dikit. Tentunya produk ini juga sesuai dengan UKM di bidang food & beverage. Bright Gas 5,5 kg bisa di­peroleh di agen-agen ter­de­kat atau melalui Contact Pertamina 500-000. Mudah-mudahan inovasi terbaru kami ini disambut baik oleh masyarakat Bandung,” ujar Arie Anggoro.•


Maret 2017, Pemerintah Terapkan Subsidi Langsung Elpiji 3 Kg


Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral akan menerapkan subsidi langsung LPG tiga kilogram, yang dilakukan secara bertahap mulai Maret 2017. Setiap keluarga miskin akan mendapat jatah tiga tabung Liquid Petroleum Gas, atau elpiji tiga kilogram per bulan.

Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, IGN Wiratmaja Puja mengatakan, pelaksanaan subsidi langsung elpiji 3 kg untuk masyarakat miskin dan rentan miskin. Kementerian ESDM bekerja sama, dengan Kementerian Sosial, terkait pendataan dan pembagian kartu kepada masyarakat yang berhak.

“Kita akan menggunakan skema subsidi langsung, bekerja sama dengan Kementerian Sosial. Jadi, keluarga yang berhak dapat satu kartu, yang nantinya dapat jatah elpiji 3 kg sebanyak tiga tabung per bulan. Kalau usaha mikro (dapat) sembilan tabung,”  ujar Wiratmaja seperti dikutip dari situs Kementerian ESDM, Jumat 6 Januari 2017.

Dijelaskan Wirat, kartu yang diberikan untuk masyarakat miskin tersebut, tidak dikhususkan untuk pembelian elpiji 3 kg, melainkan untuk program bantuan khusus lainnya yang tengah dijalankan Pemerintah. Lokasi penerapan program ini, akan dimulai di pulau-pulau.

Agar pelaksanaan program berjalan lancar, Kementerian ESDM melakukan diskusi yang intensif dengan Kementerian Sosial. Pada saat ini, Kementerian Sosial telah menyebarkan sekitar 800 ribu kartu.

Kementerian Sosial akan meneliti daerah mana yang paling siap untuk penerapan subsidi langsung elpiji 3 kg ini. Dalam pelaksanaan program ini, pemerintah bekerja sama dengan perbankan nasional seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, PT Bank Negara Indonesia Tbk dan PT Bank Mandiri Tbk.
“Sedang kita bahas, (daerah) mana yang paling siap. Kementerian Sosial sudah menyebarkan sekitar 800 ribu kartu juga,” ujar Wirat.

Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmaja mengungkapkan, ini merupakan implementasi dari pelaksanaan distribusi tertutup elpiji bersubsidi yang dijadwalkan pada tahun ini.

Ia menjelaskan, nantinya setiap penerima kartu berhak menerima jatah tiga tabung per bulan. Sementara, pelaku usaha kecil dan menengah UKM) mendapatkan jatah sembilan tabung elpiji per bulan. Namun demikian, kartu ini tak hanya digunakan untuk membeli elpiji, namun juga membeli kebutuhan pokok lain, seperti beras.

Jika sukses, maka pembelian tabung elpiji bersubsidi dengan skema langsung ini segera dimulai pada Maret atau April mendatang, sesuai dengan target awal Kementerian ESDM.

Pertamina Tes Jualan Elpiji 3 Kg Tanpa Subsidi di Semester II Tahun Depan



PT Pertamina (Persero) akan melakukan uji pasar untuk penjualan tabung Liquefied Petroleum Gas (LPG/elpiji) 3 kilogram (kg) non-subsidi yang masuk ke dalam merek dagang Bright Gas. Uji pasar ini dilakukan sebelum perusahaan resmi melepas Bright Gas 3 kg itu minimal mulai tahun depan.

Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina M. Iskandar menuturkan, uji pasar itu sedianya akan dilakukan pada semester II tahun depan, di mana penjualan tabung elpiji itu akan disebar di beberapa lokasi tertentu. Sayangnya, ia belum bisa menyebut jumlah tabung serta lokasi uji pasar tersebut.

"Kami masih mengembangkan tabung Bright Gas 3 kg dan kami akan lakukan uji pasar setelah Juni mendatang," ujar Iskandar ditemui di Bank Indonesia, Kamis (13/4).

Ia menuturkan, uji pasar dilakukan untuk mengetahui respons pasar terhadap produk baru tersebut. Jika animo masyarakat tinggi, maka perusahaan tak ragu untuk melepas Bright Gas edisi 3 kg.

Perilisan Bright Gas 3 kg itu, lanjut Iskandar, sengaja dibuat untuk mengakomodasi konsumen yang tak bisa lagi menggunakan elpiji melon karena subsidinya dicabut pemerintah mulai tahun depan.

Menurut pemerintah, elpiji bersubsidi pada tahun depan hanya berhak dinikmati oleh 25,7 juta Kepala Keluarga (KK), atau 45,08 persen dari pengguna elpiji melon saat ini sebanyak 57 juta KK. Maka dari itu, setidaknya ada 31,3 juta Kepala Keluarga (KK) yang tak bisa lagi menikmati elpiji bersubsidi nantinya dan terpaksa berpindah mengonsumsi elpiji non-subsidi.

"Iya, tentu saja pelanggan yang sebelumnya mengonsumsi elpiji bersubsidi harus beradaptasi menggunakan elpiji non-subsidi. Produk Bright Gas 3 kg dibuat agar treatment perpindahan konsumsinya lebih mudah saja. Kalau misalkan konsumen langsung disuruh pindah ke tabung seperti 5,5 kg tentu agak berat," paparnya.

Untuk memproduksi tabung Bright Gas 3 kg, tentu saja perusahaan harus menambah belanja modal demi memperbanyak tabungnya. Tetapi, angka investasinya akan ditentukan jika perusahaan sudah selesai melakukan uji pasar ini.

"Kami tidak keberatan jika harus mengeluarkan belanja modal lagi. Lagipula, sebetulnya bisa-bisa saja kami modifikasi tabung melon lagi. Nanti diisi dengan gas dari Bright Gas," pungkas Iskandar.

Menurut data perseroan, penjualan elpiji pada tahun 2016 tercatat 12,09 juta kiloliter (kl). Angka ini meningkat 6,3 persen dibanding tahun sebelumnya sebesar 11,37 juta kl.

Meski demikian, penjualan elpiji non-subsidi perusahaan sebetulnya turun 3,4 persen dari angka 1,47 juta kl di tahun 2015 menjadi 1,42 juta kl di tahun berikutnya.

Harga Elpiji 3 Kg dan 12 kg Bakal Sama di 2018

Pemerintah berencana menerapkan penyaluran subsidi Elpiji 3 kilogram (kg) dengan menggunakan uang elektronik pada 2018. Dengan adanya peyaluran subsidi menggunakan uang elektronik tersebut diharapkan bisa lebih tepat sasaran.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan‎ mengatakan, pemerintah akan menerapkan penyaluran subsidi Elpiji dengan menggunakan media kartu yang akan diisi dengan uang elektronik.

Penyaluran subsidi Elpiji ini akan terintegrasi dengan Kartu Keluarga Sejahtera yang diterbitkan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Kartu tersebut hanya dimiliki oleh golongan masyarakat miskin dan rentan miskin saja sehingga penyaluran Elpiji akan tepat sasaran.

"Harapan kami di Kemenko PMK untuk memberikan langsung melalui kartu keluarga sejahtera, di transfer saja, dihitung setiap keluarga membutuhkan Elpiji berapa,‎" kata Jonan, saat menandatangani nota kesepahaman perluasan kerja sama dengan Bank Indonesia, di Kantor Bank Indonesia, Jakarta, Kamis (13/4/2017).

Dengan penerapan subsidi Elpiji tepat sasaran, ‎maka harga Elpiji 3 Kg akan mengikuti keekonomian, sehingga tidak ada lagi perbedaan harga dengan Elpiji non subsidi untuk satuan per kg. Sementara masyarakat miskin masih menikmati Elpiji dengan harga murah karena masih mendapat subsidi yang disalukan melalui kartu. "Jadi harga Elpiji 3 kg sama dengan Elpiji 12 kg sehingga uang subsidi bisa pas," ucap Jonan.

Saat ini sistem penyaluran subsidi Elpiji 3 kg langsung ke barang melalui PT Pertamina (Persero) sebagai penyalur. Dengan begitu ada perbedaan harga antara Elpiji 3 kg bersubsidi dengan Elpiji no subsidi.

"Elpiji 3 kg yang sekarang itu subsidi diberikan kepada distributor atau penyalur Elpiji sehingga harga Elpiji melon itu berbeda per kg dengan 12 kg," ‎tutur Jonan.

Dengan mekanisme penyaluran subsidi seperti ini, sulit untuk menertibkan ‎konsumsi Elpiji bersubsidi, karena semua golongan masyarakat masih bebas membelinya. Padahal, pemberian subsidi bertujuan untuk membantu masyarakat yang tidak mampu, agar dapat menikmati Elpiji dengan harga yang terjangkau.


Pertamina siap jual LPG 3 Kg Non Subsidi



PT Pertamina akan meluncurkan produk baru elpiji 3 kg dengan warna pink dengan tulisan di badan tabung Bright Gas 3 Kg Non Subsidi. Saat ini perusahaan sedang melakukan uji coba pasar di kawasan DKI Jakarta.

External Communication Manager Pertamina Arya Dwi Paramita bilang, Pertamina belum akan meluncurkan produk baru tersebut dalam waktu dekat. "Belum, masih trail," ungkap Arya kepada KONTAN, Senin (27/11).

Dia mengatakan, biasanya nanti kalau trial sudah selesai baru bisa didapati resumenya. Sehingga belum bisa disimpulkan berapa harga yang akan dilempar ke pasar. "Kan baru uji coba, nanti aku update kalau sudah ada hasil uji cobanya," imbuh dia.

Sebelumnya Pertamina juga sudah meluncurkan produk elpiji dengan nama Bright Gas 5,5 kg berwarna pink. Pembelian perdana tabung Bright Gas 5,5 Kg berikut isi di SPBU dan Indomaret sebesar Rp 326.000 per tabung.

Seperti diketahui, Pertamina selama ini menjual LPG 3 kg subsidi berwarna hijau, namun karena pengawasannya tidak ketat banyak penjualannya yang tidak tepat sasaran. Untuk tahun 2017 subsidi untuk LPG melon itu sebesar Rp 22 triliun dan karena tak tepat sasaran bisa bengkak Rp 40 triliun, sedangkan tahun 2018 sebesar Rp 20 triliun.

Agar penyaluran subsidi LPG 3 kg tepat sasaran maka pola subsidi akan diubah menjadi subsidi orang, bukan barang lagi. Nanti ada sekitar 26,6 juta rumah tangga akan menerima subsidi LPG dalam bentuk kartu yang kemudian hanya orang yang pegang kartu yang bisa membeli.

Beli Gas Elpiji 3 Kilogram Harus Pakai Kartu KKS



Pemerintah bakal melaksanakan distribusi tertutup bagi gas elpiji bersubsidi mulai 1 Februari 2018. Saat ini proses dan strategi pelaksanaan distribusi tertutup masih terus dimatangkan.

Kepala Subdit Pengangkutan Migas Kementerian ESDM, Nunuk Wiryawan mengatakan, distribusi tertutup harus dilaksanakan agar subsidi yang diberikan pemerintah tepat sasaran kepada masyarakat yang berhak.

"Saat ini banyak yang tidak berhak mendapatkan subsidi, namun masih menggunakan elpiji bersubsidi. Sehingga pengawasannya harus lebih diperketat," ungkap Nunuk dalam focus group discussion (FGD) Mekanisme Distribusi LPG 3 Kilogram Tepat Sasaran, di Semarang, Selasa (31/10).

Dia mengaku, pemerintah akan terus mekakukan evaluasi. "Rencananya pada 1 Februari 2017, akan dilaksanakan distribusi tertutup elpiji subsidi yang sampai sekarang masih dibahas," ujarnya.

Asistant Manager Gas Domestic PT Pertamina MOR IV Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, Anggora Dini mengatakan, pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) diperkenankan untuk menggunakan gas elpiji bersubsidi. Namun, kriteria UKM yang diperbolehkan hanya yang memiliki omzet maksimal sebesar Rp 300 juta per tahun.

"Jika dikonversi omzetnya dalam sebulan rata-rata sebesar Rp 25 juta, atau kurang dari Rp 1 juta per hari," tuturnya.

Lebih lanjut ia menuturkan, untuk pelaku UKM yang memiliki omzet di atas Rp 1 juta per hari diimbau untuk menggunakan gas elpiji nonsubsidi. "Termasuk restoran yang masuk dalam skala UKM tetapi pendapatannya melebihi dari Rp 300 juta per tahun sudah sepatutnya menggunakan gas elpiji nonsubsidi," ujarnya.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani mengatakan, untuk teknisnya seperti apa sedang dimatangkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dengan Kementerian Sosial. Yang jelas tahun depan (2018) menjadi target integrasi subsidi gas 3 kg ini.

"Sudah beberapa kali dilakukan hal-hal koordinasi bahwa nanti itu diintegrasikan bansos LPG melalui Mensos (Khofifah). Satu kartu keluar satu pintu," ujarnya, di Kantor Staf Presiden, Istana Negara, Jakarta, Senin (23/10/2017).

Sekarang, lanjut dia, masih ada waktu sekira tiga bulan untuk membenahkan sistem integrasinya. Jadi, jika ada hal-hal yang harus diperbaiki maka prosesnya sekarang.

"Yang pasti itu sudah diakomodir 2018 berkaitan anggaran, berapa orangnya, siapa saja menerima. Itu sinergi dan integrasi ESDM Kemensos," ujarnya.

Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar menambahkan, koordinasi dengan Kementerian Sosial masih terus dilakukan. Di mana saat ini tengah dilakukan verifikasi data oleh ESDM.

"Menyangkut subsidi LPG 3 kg, nanti yang melakukan dari Kemensos, kami ESDM bantu verifikasi data dan lain-lain. Jadi nanti akan di handel Kemensos," tandasnya.


Pertamina belum membocorkan harga Bright Gas nonsubsidi 3 kg. Akan tetapi jika dihitung rata-rata harga produk Elpiji nonsubsidi Pertamina, dibanderol Rp 11 ribu per kg. Dengan asumsi rata-rata harga tersebut, maka harga Bright Gas 3 kg sekitar Rp 33 ribu per tabung

SVP Non Fuel Marketing Pertamina, Basuki Trikora Putra menyebut harga Elpiji subsidi 3 Kg sesuai Harga Eceran Tertinggi di Pangkalan Rp 16 ribu per tabung. Sedangkan Bright Gas ukuran 5,5 Kg dibanderol Rp 65 ribu per Kg.

Berapa Harga Bright Gas Strawberry 3 Kg

Menurut SVP Non Fuel Marketing Pertamina, Basuki Trikora, harga jual gas Elpiji 3 kg non subsidi diperkirakan mulai dari Rp 33.000 per tabungnya. Hal ini dengan asumsi harga gas per kg sebesar Rp 10.000-Rp 11.000. Dipasaran/warung mungkin harganya bisa lebih mahal tergantung setiap warung/toko mengambil untung

"Saat ini kita masih sama per satuan kilonya dengan Bright Gas 5,5 kg. Per kg Bright Gas Rp 10.000-Rp 11.000," kata Basuki dalam jumpa pers di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta Pusat, Jumat (15/12/2017).


Bright Gas 3 kg diharapkan menjadi alternatif bagi masyarakat mampu.

"Kita benar-benar mau ambil konsumen yang non subsidi. Karena sekarang distribusinya terbuka, konsumen non subsidi juga tetap saja boleh beli. Nah itu yang akan kita sasar mereka yang berhak atas non subsidi dan yang tidak berhak atas subsidi menjadi sasaran," ujar Basuki.

Agar masyarakat kategori mampu mau beralih ke Bright Gas 3 kg, Pertamina akan memastikan pasokan terus tersedia. Promosi terhadap produk baru ini pun terus dilakukan agar produk ini nantinya bisa semakin dikenal masyarakat yang masuk ke dalam kategori mampu.

"Komunikasi marketing ada, promosi kita lakukan, services kita lakukan," tutur Basuki.

Rencananya, di tahap awal penjualan Bright Gas 3 kg dilakukan di Tangerang Selatan dengan menyasar 200 kepala keluarga (KK). Dari sini, Pertamina melihat pola perilaku konsumen sehingga bisa diperhitungkan berapa pasokan yang akan ditambah di kemudian hari.

"Uji cobanya di daerah kecil sekali, daerah Tangerang Selatan, itu di cluster perumahan, enggak sampai 200 KK di situ. Kita hanya ingin melihat dulu perilaku konsumen apakah mereka masih berminat membeli Elpiji 3 kg yang non subsidi," kata Basuki.

Penyaluran Subsidi Elpiji Pakai Kartu Bakal Berlaku 2019


Pelaksanaan penyaluran subsidi elpiji ‎3 kilogram (kg) tepat sasaran akan mundur dari rencana semula diterapkan pada 2018 menjadi 2019. Program penyaluran subsidi elpiji 3 kg itu untuk kurangi subsidi.

Pelaksana tugas Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ego Syahrial mengatakan, saat ini dilakukan verifikasi data penerima subsidi elpiji 3 kg, untuk dimasukkan ke dalam kartu bantuan sosial (bansos).

‎"Dana bansos yang dikordinasikan oleh Kementerian Sosial baru setengah. Butuh verifikasi di lapangan itu enggak semudah itu semuanya," kata Ego, di Jakarta, Rabu (13/12/2017).


Ego menuturkan, program tersebut belum bisa diterapkan pada 2018. Lantaran masih dilakukan persiapan pendataan masyarakat yang berhak menerima subsidi Elpiji 3 kg.

Berdasarkan data yang tersedia, ada 25 juta masyarakat yang berhak menerima subsidi elpiji, namun data tersebut harus dipastikan lagi agar subsidi benar dinikmati oleh pihak yang berhak.

"Jadi target di 2018 kita masih melaksanakan persiapan. Kami sudah anggarkan di 2018 tapi belum tertutup,"‎ ujar dia.

Ego memperkirakan pelaksanaan penyaluran subsidi elpiji 3 kg tepat sasaran, dengan menggunakan media kartu b‎aru bisa dilaksanakan pada 2019.

"Iya 2019. Secara ini ya. Ini namanya orang kerja kita terus akan melakukan berusaha kalau bisa tiba-tiba datanya siap ya nanti akan dibawa ke sidang kabinet," tutur Ego.



Sebelum subsidi LPG dibuat tertutup pada Maret 2018, pemerintah masih terus mematangkan validitas data penerimanya. Sebagai data dasarnya, Bank Indonesia dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) sudah mengantongi 25,7 juta penerima yang memang layak mendapatkan subsidi. Ini berarti pemerintah dapat menghemat setengah anggaran subsidi LPG berkat upaya subsidi tertutup.

Angka yang diperoleh itu sudah disesuaikan dengan karakteristik penerimanya. Misal, yang dimaksud rumah tangga miskin atau rentan miskin adalah rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 40 persen terendah, berpendapatan Rp350.000 per kapita/bulan, memiliki luas lantai rumah 8 meter persegi, lantai tidak permanen dan tembok rumah tidak permanen.

Sedangkan karakteristik usaha mikro yang disubsidi yaitu, usaha mikro yang dikelola rumah tangga dengan tingkat kesejahteraan 40 persen terendah, tingkat pendidikan relatif rendah, dan jumlah pekerja tidak lebih dari 10 orang. Adapun, barang jualan dan tempat usaha tidak tetap, belum mendapat akses ke perbankan, aset maksimal Rp50 juta, dan omset maksimal Rp300 juta per tahun.

Dengan mengalihkan subsidi lewat KKS, maka subsidi yang diberikan pemerintah, bukan lagi dengan pengurangan harga tabung LPG tiga kilogram, namun melalui suntikan dana subsidi ke dalam KKS. Contohnya, apabila bantuan subsidi LPG 3 kg Rp16.000 per-tabung, artinya pemegang kartu sakti cukup membayar tunai Rp17.000 saja (mengacu pada harga keekonomian sebesar Rp33 ribu per tabung).



UPDATE JULI 2018, 




UNTUK SEMENTARA, PERTAMINA UJICOBA PENJUALANELPIJI NON SUBSIDI

Pertamina mulai melakukan uji coba pemasaran elpiji nonsubsidi kemasan 3 kilogram.

Pelaksana Tugas Direktur Utama Pertamina Nicke Widiawati menjelaskaan, elpiji 3 kg nonsubsidi akan dipasarkan dengan kemasan tabung warna merah muda atau pink fuchsia dengan labek tulisan Bright Gas.

Perbedaan warna tersebut sengaja dibuat sebagai pembeda dengan elpiji 3 kg bersubsidi yang berwarna hijau muda.

"Ya yang tiga kilogram berwarna pink untuk non subsidi kemudian yang subsidi tetap yang hijau. Itu mulai 1 Juli," kata Nicke saat ditemui di Hotel Fairmont, Jakarta Selatan, Rabu (4/7/2018).

Elpiji 3 kg nonsubsidi ditujukan untuk masyarakat mampu agar tidak lagi mengambil jatah elpiji 3 kg bersubsidi untuk masyarakat kurang mampu.

VP Corporate Communication Pertamina, Adiatma Sardjito menuturkan, hadirnya elpiji kemasan 3 kg nonsubsidi diharapkan bisa menambah pilihan bagi masyarakat dalam menggunakan elpiji setelah sebelumya disediakan dalam ukuran 5,5 kg, 12 kg, dan kaleng (220 gram).

“Dengan adanya varian baru LPG non subsidi kemasan 3 kg, maka masyarakat mampu bisa mendapatkan lebih banyak pilihan LPG Bright Gas dalam berbagai kemasan," ungkap Adiatma

Pada tahap awal, elpiji Bright Gas Pertamina 3 kg akan dipasarkan di kawasan Jakarta dan Surabaya sebanyak 5.000 unit.

Harga jual selama masa uji coba adalah Rp 39.000 per tabung melalui agen elpiji non subsidi (belum termasuk ongkos kirim) dan Rp 42.000 per tabung di SPBU COCO.

Sedangkan untuk tabung perdana (tabung plus isi) Bright Gas 3 kg akan dijual di Agen LPG seharga Rp 184.000 per tabung dan di SPBU COCO seharga Rp 187.000 per tabung.








references by radioidola, metrotvnews, pertamina,viva, cnnindonesia, kontan, liputan6

 
Like us on Facebook