MASUKAN KATA DI KOTAK BAWAH INI UNTUK MENCARI.. LALU KLIK TOMBOL "SEARCH"

November 23, 2016

Fakta Tentang Biksu Myanmar Anti-muslim

Baca Artikel Lainnya

Konflik sektarian di Myanmar bermula dari 2012 ketika warga muslim etnis Rohingya ditindas mayoritas warga Buddha di Negara Bagian Rakhine. Bulan lalu kekerasan terhadap warga muslim Rohingya kembali terjadi. Kali ini militer Myanmar memburu apa yang mereka sebut militan Islam di Rakhine dan mereka mendapat dukungan warga radikal Buddha.

Pemimpin spiritual Tibet Dalai Lama mengecam serangan umat Buddha kepada kaum muslim di Myanmar. Dia menyatakan membunuh atas nama agama itu tidak masuk akal.

Dalai Lama menyampaikan pernyataannya itu di Universitas Maryland dalam lawatannya ke Amerika Serikat, seperti dilansir kantor berita Reuters, Rabu (8/5/2013). Dia menyebut konflik sektarian itu bersifat politis, bukan spiritual.



Meski gerakan 969 dikendalikan oleh biksu garis keras tapi mereka didukung oleh kalangan luas, baik di pemerintahan dan akar rumput. Gerakan ini berkembang dan tumbuh di masyarakat bawah, seperti dilansir kantor berita Reuters, Kamis (27/6/2013).

"Dengan membiarkan kami memberi ceramah-ceramah untuk melindungi agama dan ras kami, saya nilai mereka mendukung kami," kata Wimala, biksu 969.



Perwakilan dari Asosiasi Muslim Birma di Kota Yangon, Myo Win, menyadari hal serupa.

"Gerakan anti muslim terus tumbuh dan pemerintah tidak menghentikannya," kata Myo Win, seorang guru muslim. Dia juga menyebut 969 sama dengan kelompok ekstrem Ku Klux Klan di Amerika Serikat.

1. Memimpin gerakan anti-muslim 969

Logo 969 kini paling dikenal di Myanmar. Logo itu berbentuk lingkaran cakra dengan empat singa Asia di bagian tengahnya menggambarkan keturunan Budha Ashoka. Sticker berlogo 969 ini kerap dibagikan gratis saat ceramah-ceramah. Sticker ini juga ditempel di berbagai tempat dan benda-benda seperti pintu toko, pintu rumah, taksi, kios cinderamata.


Umat Buddha Myanmar dan segala yang mendukung 969 beralasan Wirathu hanya bermaksud melindungi dan menyebarkan agama negara, Budhha. Wirathu mulai menyebarkan gerakan 969 pada 2001 ketika Taliban menghancurkan patung Budhha di Bamiyan, Afganistan. Dua tahun kemudian Wirathu ditangkap dan divonis penjara 25 tahun karena menyebarkan pamflet anti muslim yang memicu kerusuhan hingga menewaskan sepuluh muslim.



Gerakan 969 merupakan tandingan dari angka 786 yang menjadi simbol umat muslim Myanmar. Angka 786 sering terlihat di rumah-rumah dan toko-toko umat muslim. Angka itu menjadi simbol berkah bagi umat Islam. Angka 786 itu diartikan "Bismillahirrahmanirrahim" atau "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyanyang". Di Myanmar yang selalu mengagumi angka keramat semacam itu, umat Buddha menilai jumlah angka 786 itu berarti rencana dominasi muslim di abad ke-21.

Sebagian kalangan Buddha meyakini arti kebenaran angka itu. Tradisi dan keyakinan muslim di sana melarang mereka mengunjungi restoran Buddha karena tidak diketahui kelalalan prosesnya. Umat muslim disana berkat keja kerasnya juga mendominasi sektor usaha kecil dan menengah (UKM)


2. Disebut majalah Time sebagai teroris

Wirathu pernah jadi sampul majalah TIME bertajuk 'Wajah Teror Pengikut Buddha' pada Juli 2013. Dia diduga kuat dalang pengerahan massa pembantai muslim Rohingya.

Dalam beberapa kali wawancara dan khotbah, Wirathu konsisten mengampanyekan perlunya Myanmar terus menjadi negara Buddhis. Kalau perlu pendatang asing seperti muslim Rohingya harus dibatasi, bila tidak bisa dihabisi.

Wiratu mengklaim dirinya sebagai Bin Ladin asal Burma ini menyebut muslim sebagai musuh. Dia juga menuding muslim Myanmar sumber kejahatan. "Tugas saya adalah menyebarkan misi ini," ujarnya. "Saya hanya bekerja bagi orang-orang percaya terhadap ajaran Buddha."

Wirathu menyebut 5 persen warga Rohingya dari total 60 juta warga Myanmar merupakan ancaman bagi Myanmar.

“Merawat agama kita sendiri dan ras lebih penting daripada demokrasi,” kata Wirathu sambil duduk bersila di panggung biara New Masoeyein di Mandalay. Menurut Wirathu, sekitar 90 persen Muslim di Myanmar adalah “radikal dan orang jahat”.

Pemerintah Myanmar kemudian melarang majalah Time edisi itu karena isinya dianggap menceritakan kekerasan umat Buddha terhadap warga muslim.

3. Menyamakan diri dengan Donald Trump

Ashin Wirathu, biksu radikal Myanmar menyamakan dirinya dengan sosok Presiden Amerika Serikat yang baru terpilih Donald Trump.

"Kami (dia dan Trump-red) disalahkan oleh warga dunia. Padahal kami hanya ingin melindungi rakyat dan negara kami," kata Wirathu dalam sebuah wawancara di Mandalay 12 November lalu, seperti dilansir the Hindu, Jumat (18/11).

"Orang-orang menganggap kami berpikiran sempit. Tapi rakyat di negara demokrasi yang menjunjung hak asasi memilih Donald Trump, orang yang mirip dengan saya dalam hal mengutamakan nasionalisme," lanjut dia.

Dia menuturkan, di Amerika ada organisasi yang melindungi warga dari Islamisasi. Organisasi itu bisa bertemu dengan organisasi di Myanmar buat berdiskusi.

"Myanmar tidak butuh saran dari negara lain," kata dia.

Wirathu selama ini dituding sebagai sosok penyebar kebencian terhadap warga muslim di Myanmar, negara dengan mayoritas penduduk beragama Buddha. Dalam konflik yang pecah pada 2012, sekitar 200 warga tewas dan ratusan ribu penduduk terpaksa mengungsi, kebanyakan mereka adalah muslim Rohingya di Negara Bagian Rakhine.

Ini Alasan Ashin Wirathu Benci Islam




Biksu Buddha berusia 45 tahun ini dinilai bertanggung jawab atas terbuangnya kaum Rohingya dari tanah Myanmar, tentu selain pemerintah Myanmar yang gagal mengontrol konflik agama di daerah perbatasan.

BBC menyebut Ashin sebagai provokator kekerasan antimuslim melalui kampanye "969". Ashin percaya ada suatu rencana besar dari muslim untuk menjadikan rakyat Myanmar menjadi mayoritas Islam. Atas kampanye ini, dia diganjar penjara 25 tahun pada 2003.

pada 2011, Ashin dibebaskan karena menerima grasi untuk para tahanan politik. Tak jera, Ashin mengulangi lagi gerakan melawan muslim, terutama di Rakhine barat. Saat itu kondisi konflik komunal di Myanmar sudah sangat tinggi.

Ashin rutin menyebarkan rumor-rumor dan provokasi melalui berbagai media, termasuk DVD dan membagikannya di Internet. Isinya berupa tuduhan menyesatkan, seperti muslim "mengincar gadis Myanmar lugu untuk diperkosa" dan "kolusi".

Tindakan ini membuahkan julukan "Buddhist bin Laden". Dan pada sampul majalah Time edisi Juli 2013, dia disebut sebagai "Wajah Teror Buddha", yang kemudian majalah tersebut dilarang beredar di Myanmar.


Alih-alih seharusnya menghentikan tindakan adu dombanya, pemerintah Myanmar malah mendukung kampanye kebencian Ashin terhadap minoritas Muslim disana. Sebagai hasilnya, lebih dari ratusan kematian terjadi baik anak dan wanita, perlkuaan kekerasan oleh militer dan lebih dar 140 ribu muslim Rohingya kehilangan tempat tinggalnya dan terusir dari Myanmar  dalam kurun waktu tiga tahun ini.

Hal inilah yang diperkirakan strategi mereka untuk mengusir Muslim dari tanah Myanmar dengan dalih bukan etnis asli mereka



HRW telah merilis gambar satelit baru yang menunjukkan 820 bangunan telah hancur dalam kurun 10-18 November 2016. Militer Myanmar memang sedang melakukan operasi keamanan di Rakhine. Meski demikian, pemerintah membantah telah melakukan penghancuran rumah.


Kelompok pembela hak asasi Human Right Watch menyerukan pemerintah Myanmar untuk mengizinkan pemantau independen menyelidiki peristiwa kekerasan di Negara Bagian Rakhine yang menimpa warga muslim Rohingya.

HRW juga merilis sejumlah foto memperlihatkan sejumlah desa di Rakhine musnah dibakar.

"Foto satelit terbaru ini memperlihatkan musnahnya sebuah desa muslim dan ini menandakan parahnya kerusakan di Rakhine, bahkan bisa jadi lebih buruk dari yang dibayangkan," kata Direktur HRW untuk Asia Phil Roberteson dalam pernyataannya, seperti dilansir laman CNN, Senin (4/9).


Foto yang diambil pada 31 Agustus di Desa Chein Khar Li di sebelah utara Rakhine itu memperlihatkan lebih dari 700 bangunan di san hangus terbakar atau sekitar 99 persen dari seluruh desa.

"Ini hanya satu desa dari 17 lokasi tempat kebakaran terjadi," kata Robertson.




Kabar mengenai sejumlah desa yang dibakar, diduga dilakukan oleh militer Myanmar, juga pernah muncul dalam laporan hasil penyelidikan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun lalu.


Pada 27 Agustus lalu militer Myanmar dan warga lokal bersenjata diduga menggelar operasi besar-besaran pembantaian terhadap muslim Rohingya.

"Pembantaian itu berlangsung kira-kira selama lima jam--dari pukul 14.00 hingga 19.00," kata laporan Fortify Rights.

Sementara kantor berita Reuters menuturkan, lebih dari 2.600 desa dibumihanguskan di Rakhine. Peristiwa ini dianggap kekerasan terparah dialami minoritas muslim Rohingya selama beberapa dekade.




MYANMAR BLOKIR AKSES BANTUAN UNTUK MUSLIM ROHINGYA

 Myanmar dilaporkan menutup akses badan-badan PBB untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan bagi warga Rohingya.
PBB menghentikan distribusi bantuan kemanusiaan atas krisis di Rakhine, Myanmar, setelah konfrontasi antara milisi Rohingya dan pasukan militer Myanmar pecah.
Kantor Misi Diplomatik PBB di Myanmar melaporkan bahwa penghentian dilakukan karena adanya "pembatasan akses" oleh pemerintah setempat.


"Situasi keamanan setempat dan pembatasan akses oleh pemerintah terhadap kunjungan lapangan telah membuat kami tidak bisa mendistribusikan bahan bantuan," demikian pernyataannya.



Otoritas setempat juga dikatakan tidak memberikan izin kepada pihak PBB untuk beroperasi.
"PBB terus menjalin kontak dengan otoritas setempat untuk memastikan bahwa operasi bantuan kemanusiaan bisa dilanjutkan sesegera mungkin," lanjut pernyataan tersebut.
Padahal, PBB memasok bahan bantuan pokok seperti makanan, minuman, dan obat-obatan untuk ribuan warga sipil yang berada di daerah konflik.
Selama pemblokiran akses masih dilangsungkan, bantuan kemanusiaan dialirkan ke titik-titik lain di Rakhine.


Komite PBB untuk pengungsian (UNHCR), dana penduduk (UNFPA), dan dana anak-anak (UNICEF) mengatakan telah menghentikan distribusi bantuan selama lebih dari seminggu.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) juga mengatakan pihaknya terpaksa menghentikan distribusi makanan ke sejumlah daerah di Rakhine.
Penghentian tersebut membuat banyak korban konflik terlantar tanpa makanan.
Sebanyak 16 organisasi non-pemerintah lain yang turut berpartisipasi dalam pendistribusian bantuan juga mengeluhkan pemblokiran akses ke area konflik yang diberlakukan pemerintah itu.


"Kami sangat mengkhawatirkan nasib dari ribuan orang yang terdampak aksi kekerasan ini," ucap juru bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) Pierre Peron.
Situasi di Myanmar memanas sejak Agustus lalu akibat konfrontasi antara umat Budha dan muslim Rohingya.
Nyaris sebanyak 400 orang telah terbunuh dalam konflik dan konfrontasi militer di negara tersebut hingga akhir Agustus.

Sedangkan, lebih dari 2.600 desa di Rakhine, Myanmar, dibakar habis dalam aksi yang paling mematikan dalam sejarah kekerasan terhadap minoritas muslim selama beberapa dekade ini. (The Guardian)



Rohingya and national identities in Burma

Peneliti asal Skotlandia, Francis Buchanan, mengungkapkan, kaum Mohammedan (yang secara harfiah berarti pengikut Muhammad atau Muslim) telah lama menetap di Arakan. "Orang-orang itu menyebut diri mereka sebagai Rooinga yang berarti masyarakat pribumi asli Arakan," tulis Buchanan dalam laporannya, "Asiatic Research 5", yang diterbitkan pada 1799.
.
Sementara tiu, sebagaimana dilansir Republika, Minggu (31/5/2015), sensus yang dilakukan pemerintah kolonial Inggris di Burma pada 1826, 1872, 1911, dan 1941 juga menyebutkan, masyarakat Rohingya yang diidentifikasi sebagai Muslim Arakan adalah salah satu ras asli di Burma.
.
Menurut hasil dokumentasi SIL Internasional (sebuah lembaga bahasa dunia yang memiliki status konsultatif khusus dengan PBB), bahasa Rohingya Myanmar masuk dalam rumpun dialek Indo-Arya. Bahasa ini terdaftar dengan kode "rhg" dalam tabel ISO 639-3.
.
Meski dialek yang dipertuturkan orang-orang Rohingya berbeda dengan yang diucapkan penduduk Burma di Rakhine sekarang, fakta sejarah membuktikan bahasa Rohingya mempunyai kesamaan dengan bahasa yang digunakan masyarakat Vesali kuno (antara 327-818).
.
Di samping itu, hasil kajian Universitas Oxford sepanjang 1935-1942 menyimpulkan, kebudayaan Rohingya sama tuanya dengan usia Monumen Batu Ananda Sandra yang didirikan di Arakan pada abad kedelapan silam.
.
Semua catatan di atas dapat menjadi gambaran bahwa etnik Muslim Rohingya memiliki akar sejarah yang kuat sebagai salah satu ras pribumi asli di Rakhine-- yang sekarang menjadi bagian dari wilayah Myanmar.
.
Oleh karena itu, tidak ada pembenaran untuk mencap etnik Rohingya sebagai ras asing hanya karena mereka menganut ajaran Islam dan menggunakan nama-nama Muslim.
.
Pemimpin Rohingya yang juga politikus Partai Pembangunan Uni Nasional di Myanmar, Abu Tahay, memaparkan sejarah keberadaan kelompok etnis tersebut dalam karya tulisnya, "Rohingya Belong to Arakan and Then Burma and So Do Participate."

Komunitas muslim mendiami wilayah Arakan (kini Rakhine) pada abad XIV. Tepatnya di Kerajaan Mrauk U yang dipimpin oleh raja Buddhis bernama Narameikhla atau Min Saw Mun. Sebelumnya, selama 24 tahun, Narameikhla diasingkan di kesultanan Bengal. Atas bantuan Sultan Bengal yang bernama Nasirudin, dia mendapatkan takhta di Arakan.

Kesultanan Bengal adalah sebuah kerajaan Islam pada abad pertengahan yang didirikan di Bengal pada 1342. Daerah kekuasaan kesultanan ini mencakup wilayah negara Bangladesh saat ini, India bagian Timur, dan bagian Barat Myanmar.

Setelah mendapat takhta di Arakan, Narameikhla mengucapkan Syahadat dan ganti nama jadi Suleiman Shah. Dia kemudian membawa orang-orang Bengali untuk membantu administrasi pemerintahannya. Lalu terbentuklah komunitas Muslim pertama di Arakan kala itu.

Pada 1420, Arakan memproklamirkan diri sebagai kerajaan Islam merdeka di bawah Raja Suleiman Shah. Kekuasaan Arakan yang Islam itu bertahan hingga 350 tahun. Pada 1784, Arakan kembali dikuasai oleh Raja Myanmar. Tahun 1824, Arakan menjadi koloni Inggris. Sejak itulah populasi Islam di kawasan Arakan perlahan-lahan berkurang.

Orang Rohingya bukan satu-satunya kelompok etnis yang beragama muslim di Myanmar. Mereka ada yang keturunan Arab, Moor, Pathans, Moghuls, Bengali dan Indo-Mongoloid.


AKIBAT PERINTAH GOLD, GOSPEL, GLORY SELURUH DUNIA DIJAJAH


Situasi buruk umat Islam Rohingya terjadi saat Perang Dunia Kedua saat Myanmar (Birma) dijajah Inggris. Selama pemerintahan Inggris dari 1824 -1942 Arakan diizinkan memiliki tingkat otonomi daerah sendiri. Ketika itu Arakan relatif aman dan hanya ada beberapa insiden pemberontakan yang tercatat.

Pada 1942, pasukan Jepang menyerang Birma dan Inggris mundur sehingga menyebabkan kekosongan besar dalam kekuasaan dan stabilitas. Saat itulah terjadi kekerasan komunal antara Muslim Rakhine dan Rohingya. Terjadi pembantaian berikutnya dari kedua belah pihak sehingga memaksa Muslim Rohingya migrasi besar ke Bengal.

Setelah Burma merdeka pada Januari 1948, ketegangan antara pemerintah dengan Muslim Rohingya berlanjut dengan gerakan politik dan bersenjata. Sekitar 13.000 orang Rohingya mencari perlindungan di kamp pengungsian India dan Pakistan. Hal inilah yang menyebabkan mereka ditolak hak warga negaranya untuk kembali ke Birma dan terjadilah penolakan terhadap Muslim Rohingya.

Sejak periode itulah Muslim Rohingya menyandang status manusia tanpa negara. Sejak Birma merdeka pada 1948, Muslim Rohingya dikucilkan dalam hal pembangunan bangsa. Pada 1962 Jenderal Ne Win mensistematiskan penindasan terhadap Rohingya dengan membubarkan organisasi politik dan sosial mereka.


Pasukan pemerintah Birma mengusir ribuan Muslim Rohingya secara brutal disertai pembakaran pemukiman, pembunuhan dan pemerkosaan. Warga Muslim Rohingnya melarikan diri ke Bangladesh untuk mendapatkan perlindungan. Hingga 1978 tercatat lebih dari 200 ribu Muslim Rohingya melarikan diri ke negara itu.


PERLAWANAN



Dibelahan bumi manapun jika ada sekelompok orang/etnis yang ditindas/dibantai tentunya ia tak akan mau terus-terusan diperlakukan seperti itu

seperti Indonesia dahulu,
para pejuang akan dijuluki dan dilabeli teroris, pemberontak dan julukan lainnya oleh para penjajah/penindas
hal itu dilakukan karena tak tahan diperlakukan seperti binatang

Sebagian pemuda dari etnis Rohingyapun melawan agar tak terus menerus ditindas dan di diskriminasi.. meminta diperlakukan sama dengan masyarakat lainnya oleh pemerintahan Myanmar

Tak diberlakukan hak yang sama seperti warga negara Myanmar lainnya inilah yang membuat rata-rata mereka tetap berada digaris kemiskinan

Adalah bodoh jika menuduh seorang lelaki Muslim bebas memperkosa sesuka hatinya..
Pacaran atau memegang lawan jenis yang bukan Mahram saja dilarang dalam Islam karena ancaman hukuman akhiratnya  adalah kekal di neraka yang artinya tidak bisa keluar dari neraka

Jika satu atau segel.intir orang bersalah, hukum orangnya..
bukan memusuhi etnis apalagi melakukan pembantaian/pengusiran, penyiksaan etnis membabi buta

bagaimana mungkin memperkosa, ? tentu saja hal tersebut adalah propaganda bodoh..

Jika mereka dianggap ilegal karena menempati sebuah wilayah selama ratusan tahun,
bagaimana dengan para penjajah barat yang lebih sadis menyebarkan agama, memperkosa, menjarah kekayaan alam, mempekerjakan rakyat suatu daerah tanpa prikemanusiaan dengan dalih GOLD, GOSPEL DAN GLORY ?



Bayangkan jika suaminya mati ditembak Militer Myanmar..
Kuatnya seorang ibu menjaga anak-anaknya.. 
Ini bukan syuting Film atau pemotretan..
Ia seorang Ibu yg sedang berjalan puluhan/ratusan Kilometer 
menyelamatkan diri dari sasaran tembak Militer Pemerintahan #Myanmar, 
Sedihnya kita hanya bisa melihat saudara kita dibantai satu persatu..




Ampuni kami yg tak bisa berbuat apa-apa..😭
Jika Rasulullah saat ini masih hidup, mungkin Ia takkan tinggal diam mendengar & melihat muslim lemah tak berdaya diperlakukan seperti binatang. 
Ia mungkin akan mengerahkan para sahabat dan pasukan Muslim terdekat untuk membebaskan Muslim #Rohingya yg sedang ditindas & diperlakukan semena-mena




references by merdeka, tribun,

https://en.wikipedia.org/wiki/Rohingya_people
http://www.newmandala.org/the-rohingya-and-national-identities-in-burma/
https://www.washingtonpost.com/news/worldviews/wp/2015/02/13/why-does-this-buddhist-majority-nation-hate-these-muslims-so-much/
https://www.theguardian.com/world/2013/apr/18/buddhist-monk-spreads-hatred-burma

 
Like us on Facebook